ASIATODAY.ID, JAKARTA – Konfrontasi antara Amerika Serikat (AS) dan China tidak mempengaruhi stabilitas industri Tesla, produsen mobil listrik AS yang kini mengembangkan bisnis di China.
Bulan ini, Tesla Inc akan mengekspor sedan listrik Model 3 buatan China ke lebih dari 10 negara Eropa.
Tesla akan mengirimkan mobil dari pabrik Gigafactory Shanghai ke Jerman, Prancis, Italia, dan Swiss. Demikian seperti dilaporkan Reuters Senin (19/10/2020).
Model 3 diproduksi di Giga Shanghai atau Gigafactory. Produk rakitan awal Model 3 dikirim pertama kali pada Desember 2019, hanya setahun setelah penilaian lokasi Gigafactory pada Desember 2018.
Saat ini, pabrik ini memproduksi 3.000 kendaraan per pekan dan telah merencanakan untuk sepenuhnya melokalkan rantai pasokan Cina pada akhir tahun ini. Pabrik ini juga akan memproduksi Model Y yang dijadwalkan mulai pengiriman pada Januari 2021.
Tesla sempat menutup Giga Shanghai sejak libur Tahun Baru Imlek akibat penyebaran wabah Covid – 19. Akan tetapi, saat ini Tesla telah mengoperasikan fasilitas perakitan sedan Model 3.
BMW, salah satu kompetitor Tesla di segmen mobil listrik juga mulai mengirimkan BMW iX3 buatan pabrik Shenyang, China, ke sejumlah negara Eropa.
Uniknya, ketegangan antara Beijing dan Washington, justru melejitkan bisnis Tesla di China, dimulai dengan membuat pabrik di Shanghai hingga ekspor ke Eropa.
“Dukungan dari pemerintah China terhadap industri, perusahaan lokal yang inovatif dan pelanggan peka terhadap teknologi baru, menjadikan China pasar terbaik untuk kendaraan listrik,” kata Tesla.
Tesla akan memperluas produksi mobil, pengisian daya dan jaringan penjualan di China.
Perusahaan yang dipimpin Elon Musk itu menjual lebih dari 11.000 sedan Model 3 di China pada bulan lalu. Mereka juga memperluas kapasitas produksi di pabrik Shanghai guna membuat Tesla Model Y. (Ant)
Discussion about this post