ASIATODAY.ID, JAKARTA – Thailand sebagai pusat otomotif Asia Tenggara, tercatat sebagai negara yang pertama menyubsidi kendaraan listrik.
Pada Februari 2022, Thailand merilis insentif baru untuk industri kendaraan listrik (EV) sebagai bagian dari rencana ambisiusnya untuk mengubah 50 persen dari total produksi mobilnya menjadi EV pada tahun 2030 dan menjadi basis produksi kendaraan yang lebih bersih di Asia Tenggara. Paket insentif baru mencakup pembebasan bea masuk dan cukai yang signifikan untuk berbagai model EV, belum lagi subsidi sebelumnya yang diumumkan pada bulan Februari.
Paket insentif EV mencerminkan investasi bertahap ASEAN ke dalam transportasi ramah lingkungan untuk menyelaraskan dengan pergeseran global ke kendaraan listrik oleh produsen mobil besar.
Menurut laporan EV 2021, total stok kendaraan bertenaga listrik ASEAN mencapai 3,4 juta pada 2019 dan diperkirakan akan meningkat di tengah membaiknya pembangunan ekonomi, pertumbuhan populasi, dan kepedulian terhadap lingkungan.
Di Asia Tenggara, Thailand secara konsisten menempati peringkat pertama dalam hal total output produksi mobil, dan peringkat ke-11 di peringkat global 2019. Negara ini setiap tahun memproduksi 2 juta kendaraan bermesin pembakaran internal untuk merek-merek besar, seperti Toyota, Honda, dan Mitsubishi.
Dalam upaya mempertahankan reputasi terdepannya di industri otomotif, Thailand berencana untuk menarik investasi 400 miliar baht (Rp 178 triliun) selama beberapa tahun mendatang dan mendukung produksi 1,2 juta EV dan 690 stasiun pengisian daya pada tahun 2036.
Paket insentif mobil listrik Thailand meliputi:
- Pengurangan bea masuk sebesar 40 persen untuk kendaraan listrik yang terpasang sepenuhnya (CBU) dengan harga hingga 2 juta baht (Rp 893 juta) dan pengurangan 20 persen untuk kendaraan dengan harga antara 2 juta hingga 7 juta baht dari 2022 hingga 2023.
- Cukai dipotong dari 8 persen menjadi 2 persen untuk EV impor, yang diprediksi akan menambah 7.000 EV di tahun pertama.
Insentif awalnya akan berlaku untuk 27 jenis model EV yang terdiri dari di antaranya: Mobil ramah lingkungan dengan 10 kursi atau kurang, pickup listrik, truk bertenaga sel bahan bakar hidrogen, EV dengan 10 kursi atau kurang, pickup penumpang empat pintu plug-in.
Paket tersebut merupakan tindak lanjut dari program subsidi Februari sebelumnya untuk mendorong produksi dan pembelian EV, yang meliputi:
- Subsidi 70.000 baht (Rp 31 juta) tersedia per unit EV untuk mobil penumpang dengan kapasitas baterai 10 hingga 30 kWh untuk unit CKD (complete knock down) dan CBU;
- Subsidi 150.000 baht untuk setiap unit EV untuk mobil penumpang dengan kapasitas baterai lebih dari 30kWh untuk unit CKD dan CBU;
- Subsidi 18.000 baht untuk sepeda motor listrik dari produsen mobil yang memenuhi syarat antara 2022-2023;
- Pembebasan bea impor untuk komponen kelistrikan penting: baterai, motor traksi, kompresor untuk EV baterai, sistem manajemen baterai, unit kontrol penggerak, dan gigi reduksi antara 2022-2025.
Program subsidi didanai oleh 3 miliar baht dari anggaran pusat 2022 dan dari investasi jangka panjang 40 miliar bahtdi industri EV antara 2023 – 2025. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post