ASIATODAY.ID, BEIJING – Tiongkok menyatakan ketidakpuasan atas pernyataan bersama yang dikeluarkan para pemimpin negara G7 di Briarritz, Prancis. Para pemimpin mengatakan mendukung otonomi Hong Kong dan menyerukan agar kota tersebut tenang dari demo.
“Kami menyatakan ketidakpuasan yang kuat dan sikap oposisi tegas atas pernyataan yang dibuat para pemimpin KTT G7 mengenai Hong Kong,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang pada konferensi pers di Beijing, dilansir dari AFP, Selasa (27/8/2019.
Pertemuan para pemimpin G7 ini mendukung otonomi Hong Kong, yang tercantum dalam perjanjian 1984 antara Inggris dan Tiongkok. Mereka juga meminta agar masyarakat tenang dan tak lagi berdemo.
Meski demikian, Beijing berulang kali menuduh pemerintah asing mencampuri urusan Hong Kong. Bahkan Geng menuturkan bahwa G7 menyembunyikan ‘niat jahat’ terhadap kota semi-otonom itu.
“Kami berulang kali menekankan bahwa urusan Hong Kong adalah murni urusan dalam negeri Tiongkok. Tidak ada pemerintah asing, organisasi, atau individu yang memiliki hak untuk campur tangan,” imbuhnya.
Sudah 12 pekan Hong Kong dilanda protes. Awalnya protes didasari pada ketidaksetujuan akan Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi yang memungkinkan warga Hong Kong diadili di daratan Tiongkok.
Setelah RUU ditangguhkan, protes terus terjadi. Masyarakat kini meminta demokrasi Hong Kong semakin bebas.
Pada Senin kemarin, polisi menggunakan meriam air untuk membubarkan para pedemo. Sebanyak 21 petugas kepolisian terluka, dan 86 orang ditangkap, termasuk yang paling muda berusia 12.
Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, mengatakan eskalasi kekerasan protes anti-pemerintah semakin serius. Meski demikian, dia yakin pemerintah kota dapat menangani sendiri kerusuhan itu tanpa campur tangan pemerintah pusat Tiongkok.
“Saya tidak akan menyerah untuk membangun dialog (dengan masyarakat),” tuturnya. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post