ASIATODAY.ID, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menargetkan pengeboran 20 sumur minyak dan gas di Blok Rokan tahun ini. Hal tersebut demi menahan laju penurunan produksi alamiah selama masa transisi atau alih kelola dari Chevron Pasific Indonesia (CPI) yang dimulai pada Agustus 2021.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan, pada Juli 2018 Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan untuk mempercayakan pengelolaan Blok Rokan kepada Pertamina. Keputusan itu dituangkan dalam Kontrak Bagi Hasil yang ditandatangani oleh anak perusahaan Pertamina yaitu, PT Pertamina Hulu Rokan dengan SKK Migas pada Mei 2019.
“Kami memenangkan tender Blok Rokan, sehingga Pertamina telah sah mendapatkan Participating Interest (PI) atau hak pengelolaan sekaligus menjadi operator Blok tersebut selama 20 tahun ke depan yakni sejak Agustus 2021 sampai 2041. Untuk memastikan produksi terus berjalan baik selama masa transisi, Pertamina pun telah menyiapkan investasi untuk melakukan pemboran pada 2020,” jelas Nicke di forum Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR di Senayan, Jakarta, Rabu (29/01/2020).
Untuk dapat merealisasikan program pengeboran tersebut, Pertamina terus melakukan diskusi intensif dengan Chevron Pasific Indonesia (CPI) selaku pemilik PI. Pertamina terus mendorong transisi alih kelola Blok Rokan tersebut agar selesai di 2020.
“Pembahasan dengan CPI terus berlangsung untuk mencapai kesepakatan, sehingga kami berharap proses transisi Blok Rokan berjalan smooth,” imbuh Nicke.
Menurutnya, Pertamina belajar dari pengalaman ambil alih Blok Mahakam. Saat itu pengeboran berkurang drastis dari 44 sumur di 2016 menjadi enam sumur di 2017. Jumlah itu mempengaruhi penurunan produksi migas yang signifikan pada saat alih kelola dimulai pada 2018.
Meskipun Pertamina terus menggenjot pengeboran dan melakukan investasi sehingga berhasil mencapai hasil produksi yang lebih tinggi dari target yang pernah dicanangkan operator sebelumnya.
Selain pengeboran, upaya lain yang telah dilakukan adalah bersinergi dengan anak perusahaan Pertamina dengan menunjuk Pertamina Gas (Pertagas) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) untuk mengerjakan proyek pergantian pipa hilir Blok Rokan.
Pipa tersebut rencananya akan menghubungkan beberapa lapangan, yakni Minas-Duri-Dumai dan Batam-Bangko-Dumai. Penggantian pipa diperlukan sebelum Blok Rokan beralih ke Pertamina karena pipa existing pun sudah berumur terlalu tua dan berpotensi mengganggu produksi Blok Rokan jika terus digunakan. Pertamina menargetkan pembangunan pipa hilir ini bisa selesai pada Agustus 2021 sebelum kontrak CPI berakhir.
Berdasarkan data, Blok Rokan merupakan blok minyak terbesar di Indonesia. Blok seluas 6.220 kilometer ini memiliki 96 lapangan dengan tiga lapangan memiliki potensi minyak yang baik yaitu Duri, Minas dan Bekasap.
Dengan dikelolanya Blok Rokan oleh Pertamina mulai 9 Agustus 2021, maka kontribusi produksi minyak Pertamina dibandingkan produksi minyak nasional akan meningkat dari 48 persen di 2019 menjadi 60 persen di 2021.
Blok Rokan telah beroperasi selama 68 tahun, sejak 1952. Blok tersebut merupakan salah satu yang berusia tua sehingga perlu upaya khusus untuk terus mengoptimalkan sumber daya yang ada dan menahan laju penurunan alamiahnya.
Upaya-upaya peningkatan produksi Blok Rokan direncanakan Pertamina melalui optimasi pengembangan lapangan-lapangan produksi baik melalui kegiatan Primary, Secondary/Waterflood maupun Tertiary Recovery (Steamflood dan Chemical EOR).
Investasi dalam keseluruhan lingkup pekerjaan tersebut guna menahan laju penurunan alamiah dan menaikkan produksi dengan meningkatkan recovery factor lapangan. Dengan investasi yang terintegrasi tersebut diharapkan akan memberikan pengaruh yang signifikan pada pendapatan Pemerintah dan Pertamina. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post