ASIATODAY.ID, JAKARTA – Tren investasi hijau berbasis Environmental, Social and Governance (ESG) di pasar modal Indonesia mengalami pertumbuhan secara signifikan.
Hal ini selaras dengan kuatnya dukungan dan komitmen pemerintah dalam upaya mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investasi hijau berbasis ESG pada 2016, tercatat hanya 1 di pasar modal. Namun hingga 2021, investasi berbasis ESG sudah mencapai 15.
“BEI secara kontinyu terus melakukan berbagai upaya untuk memperkuat inplementasi ESG dengan menyediakan infrastruktur mulai dari pasar, produ hingga mengedukasi pemangku kepentingan secara rutin dengan menggandeng asosiasi, serta membuka akses informasi seluasnya melalui berbagai platform digital,” kata Kepala Divisi Layanan dan Pengembangan Perusahaan Tercatat (LPP) Bursa Efek Indonesia (BEI) Saptono Adi Junarso, di forum seminar yang diselenggarakan oleh Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD) secara virtual, Kamis (19/5/2022).
Selain itu kata Saptono, BEI juga melakukan sejumlah inisiatif, diantaranya memberikan insentif dan kerjasama terkait penerbitan Green Bonds, termasuk memonitor laporan perusahaan, terkait tata kelola berkelanjutan.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawasan Pasar Modal yang juga Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen mengungkapkan dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi nasional, OJK juga melakukan penerapan keuangan berkelanjutan.
“Kita mendorong agar kedepannya aktivitas bisnis perusahaan bisa bertransformasi dari yang hanya sebatas bisnis as usual menjadi bisnis yang juga mempertimbangkan faktor ESG seperti perubahan iklim, keanekaragaman hayati, bencana alam dan dampak lingkungan lainnya,” jelasnya.
Menurut Hoesen, OJK telah mengeluarkan roadmap keuangan berkelanjutan tahap 1 dan 2, dimana mulai tahun 2021 hingga 2025, salah satu flagship program OJK adalah penerbitan Taksonomi Hijau Indonesia (THI).
Roadmap tersebut merupakan sebuah panduan aktivitas ekonomi hijau yang memuat daftar klasifikasi aktivitas ekonomi yang mendukung upaya perlindungan lingkungan dan adaptasi perubahan iklim.
Pasar modal saat ini kata dia, telah memiliki empat index berorientasi pada penguatan ESG, dimana kinerjanya menunjukkan pertumbuhan positif. Kemudian pemerintah juga menerbitkan obligasi bertema ESG pada tahun 2021 dengan total Rp35,2 triliun.
“Perkembangan produk berbasis ESG juga terjadi pada produk investasi lainnya di pasar modal seperti reksa dana. Berdasarkan data di OJK per 13 mei 2022, terdapat 25 reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif. Adapun produk reksa dana dengan underlying asset ESG mencatatkan total nilai aktiva bersih sekitar Rp3,5 triliun,” paparnya.
Hoesen memandang, pertumbuhan investasi hijau berbasis ESG ini merupakan dampak dari meningkatnya perhatian investor atas isu-isu ESG sehingga mendorong kebutuhan akan produk atau instrumen investasi yang berkaitan dengan ESG.
“Karena itu, menjadi sangat penting bagi perusahaan untuk mulai mengintegrasikan aspek ESG dalam seluruh aktivitas bisnisnya agar perusahaan bisa bertahan di masa depan,” imbuhnya. (ATN)
Discussion about this post