ASIATODAY.ID, JAKARTA – PT Elnusa Tbk, anak usaha PT Pertamina (Persero) mencatat laba bersih sebesar Rp356,47 miliar sepanjang 2019. Capaian ini meningkat 29 persen dari 2018 yang sebesar Rp276,31 miliar.
Laba tersebut terbentuk karena meningkatnya pendapatan perseroan. Khususnya pelayanan jasa distribusi dan logistik energi.
Tercatat, pendapatan perusahaan berkode emiten ELSA ini sebesar Rp8,38 triliun di 2019. Jumlah itu naik 26,58 persen dari capaian tahun sebelumnya Rp6,62 triliun.
Bila dirinci, pendapatan perusahaan dari pihak berelasi untuk pelayanan jasa hulu migas terintegrasi sebesar Rp3,5 triliun. Sedangkan pendapatan perusahaan dari pihak ketiga untuk jasa hulu migas terintegrasi sebesar Rp321,77 miliar.
Perusahaan juga mencatat pelayanan jasa distribusi dan logistik energi dari pihak berelasi dan pihak ketiga masing-masing Rp2,44 triliun dan Rp1,67 triliun.
Sementara untuk pelayanan jasa penunjang migas, perusahaan mencatat pendapatan dari pihak berelasi dan ketiga sebesar Rp241,36 miliar dan Rp200,54 miliar.
Direktur Keuangan Elnusa Hery Setiawan menjelaskan kinerja keuangan Elnusa di 2019 dipengaruhi banyak faktor. Beberapa di antaranya adalah penurunan harga minyak dunia dan peralihan blok terminasi ke Pertamina.
Menurut dia, turunnya harga minyak menyebabkan penurunan permintaan jasa migas Elnusa. Sebaliknya peningkatan harga minyak tidak secara langsung meningkatkan harga jasa migas Elnusa, namun menggairahkan aktivitas eksplorasi migas.
“Peluang pada segmen jasa distribusi dan logistik energi, kami raih dan realisasikan sebaik mungkin. Jasa hulu migas dioptimalisasi sehingga mampu beradaptasi terhadap penurunan harga minyak dunia dan meraih berbagai peluang. Jasa penunjang mendukung dan melengkapi kedua segmen jasa yang ada. Sebagai hasil, kami berhasil meningkatkan performa keuangan dengan pertumbuhan yang signifikan,” kata Hery dalam keterangan tertulisnya yang diterima jumat (21/2/2020).
Hery menjelaskan untuk rasio profitabilitas dinilai masih perlu beradaptasi terhadap berbagai faktor eksternal. Marjin laba kotor konsolidasi tercapai 10,3 persen dan marjin laba operasi menjadi 6,3 persen. Sementara marjin laba bersih tercatat naik menjadi 4,3 persen dari sebelumnya 4,2 persen (yoy).
Dikatakan, sejak penurunan harga minyak dunia dan berbagai perubahan kondisi industri migas nasional kurun tiga tahun terakhir, perusahaan terus melakukan berbagai terobosan agar tetap dapat menjaga performanya. Terutama dalam menyesuaikan strategi bisnis dengan tantangan dan peluang yang ada.
“Walaupun marjin laba bersih belum ideal. Pertumbuhan pendapatan usaha maupun laba bersih konsolidasi Elnusa sangat signifikan. Berbekal rencana capital expenditure (belanja modal) 2020, kami meyakini akan tumbuh lebih tinggi lagi,” jelasnya.
Di sisi lain, mengenai realisasi belanja modal perusahaan tahun lalu telaj tercapai Rp700an miliar, atau terserap 70 persen dari target awal Rp1 triliun. Belanja modal itu digunakan untuk berbagai investasi yang mendukung pertumbuhan bisnis, seperti investasi ocean bottom nodes untuk survei seismik laut dan akuisisi depot LPG Amurang di Sulawesi Utara.
“Untuk di 2020, kami menganggarkan nilai belanja modal lebih tinggi dibandingkan 2019, sekitar Rp1,4 triliun. Pemanfaatannya juga untuk berbagai investasi yang mendukung pertumbuhan. Salah satunya adalah fabrikasi hydraulic workover unit untuk jasa kerja ulang sumur, dimana kami merupakan market leader jasa ini di Indonesia dan pembangunan infrastruktur bisnis hilir Pertamina,” tandasnya. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post