ASIATODAY.ID, BRUSSELS – Parlemen Uni Eropa memutuskan untuk membekukan ratifikasi pakta investasi baru dengan China sampai Beijing mencabut sanksi terhadap politisi Uni Eropa (UE).
Upaya itu memperdalam perselisihan dalam hubungan China-Eropa mengingat di sisi lain ada penolakan akses perusahaan UE yang lebih besar ke China.
Resolusi membekukan ratifikasi dan disahkan dengan 599 suara mendukung, 30 menentang, dan 58 abstain. Perjanjian Komprehensif UE-China tentang Investasi, yang disepakati para negosiator pada Desember setelah tujuh tahun pembicaraan, bertujuan menempatkan perusahaan UE sejajar di China dan memperkuat status Beijing sebagai mitra dagang terpercaya.
Namun Beijing memberlakukan sanksi pada Maret pada 10 politisi Uni Eropa, serta lembaga pemikir dan badan diplomatik, sebagai tanggapan atas sanksi barat terhadap pejabat China yang dituduh melakukan penahanan massal terhadap Muslim Uighur di barat laut China. Sanksi China termasuk lima anggota majelis UE dan sub-komite hak asasi manusianya.
“Dengan sanksinya, China telah salah perhitungan. Mereka harus belajar dari kesalahan mereka. Karena sanksi China, Perjanjian Komprehensif tentang Investasi telah dimasukkan ke dalam pembekuan,” kata Anggota Parlemen Uni Eropa dari Jerman Reinhard Butikofer, yang ditargetkan Beijing dengan sanksi tersebut, dilansir dari CNBC International, Sabtu (29/5/2021).
Anggota parlemen Uni Eropa mengatakan sanksi China tidak didasarkan pada hukum internasional. Sementara tindakan dari blok tersebut, seperti yang dilakukan Inggris dan Amerika Serikat, menangani pelanggaran hak asasi manusia yang ditegakkan dalam perjanjian PBB.
“Parlemen menuntut agar China mencabut sanksi (sebelum berurusan dengan perjanjian investasi). Hubungan UE-China mungkin tidak melanjutkan bisnis seperti biasa,” katanya.
Menanggapi resolusi tersebut, China mengatakan perjanjian investasi dengan Uni Eropa saling menguntungkan dan bukan bantuan dari satu sisi ke sisi lain. Sanksi China adalah tanggapan yang sah atas tindakan UE.
“China selama ini dengan tulus mempromosikan kerja sama bilateral dan berharap UE akan menemui kami di tengah jalan,” demikian pernyataan China.
Aktivis dan pakar hak asasi PBB mengatakan satu juta Muslim ditahan di kamp-kamp di Xinjiang. Para aktivis dan beberapa politisi Barat menuduh China menggunakan penyiksaan, dan kerja paksa.
China menyangkal pelanggaran hak asasi di Xinjiang dan mengatakan kamp-kampnya menyediakan pelatihan kejuruan dan diperlukan untuk melawan ekstremisme. (ATN)
Discussion about this post