ASIATODAY.ID, JAKARTA – Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) kembali mendegungkan komitmennya untuk menghentikan ekspor raw material mineral dan batubara (minerba). Pasalnya, kebijakan itu memberi dampak positif terhadap ekonomi Indonesia.
Menurut Jokowi, neraca perdagangan Indonesia surplus USD 34,4 miliar dalam waktu 19 bulan dan ekspor naik 49,7 persen year on year (yoy).
“Ekspor kita kenapa naiknya setinggi itu salah satunya karena kita hentikan ekspor raw material dari minerba kita yaitu nikel. Yang biasanya hanya USD1 hingga USD2 miliar, kemarin akhir tahun sudah hampir mencapai USD21 miliar atau USD20,8 miliar,” kata Jokowi dalam pidatonya saat pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2022, Senin (3/1/2022).
Jokowi menegaskan, capaian tersebut merupakan keberhasilan atas kebijakan larangan ekspor raw material minerba. Karena itu, kebijakan tersebut akan dilanjutkan tahun ini untuk mineral lain.
“Hasilnya sudah kelihatan. Oleh sebab itu kita akan lanjutkan dengan stop bauksit, tembaga, timah dan yang lain-lainnya,” tegasnya.
Jokowi menekankan hilirisasi menjadi kunci dari kenaikan ekspor tersebut. Capaian itu membawa Indonesia meraih kenaikan peringkat atau ranking competitiveness, yakni di posisi 37 untuk business dan 53 untuk business digital. Ini naik 3 peringkat semuanya.
“Dalam posisi yang sangat berat seperti 2021 kita bisa naik 3 peringkat ini juga patut kita syukuri. Di bisnis 37 ranking kita, di digital business ada 53. Ini naik 3 peringkat semuanya,” kata Jokowi.
Adapun dari indikator konsumsi dan produksi juga menguat. Keyakinan konsumen dibandingkan dengan Maret yang tercattat 113,8, pada November sudah mencapai 118,5. Spending indeks juga udah naik 120,5.
“PMI manufaktur kita sudah naik di atas sebelum pandemi sebesar 51, dan saat ini sudah masuk ke angka 53,9,” tandasnya.
Lebih lanjut dikatakan, konsumsi listrik Indonesia juga tumbuh 14,5% dan 5,7%, industri 14,5 %, dan bisnis 5,7 (%).
“Angka-angka seperti ini harus kita lihat. Harian saya dapat angka-angka seperti ini. Inilah yang harus kita tingkatkan di tahun 2022,” katanya.
Di sisi lain, kata Presiden Jokowi, meskipun diketahui bahwa masih akan banyak tantangan-tantangan yang dihadapi, baik Covid-19 varian Omicron, kenaikan inflasi, tapering off, kehilangan kontainer di mana-mana, negara-negara lain yang mengalami kelangkaan energi, yang ini akan mengganggu mungkin ekspor nasional.
“Saya kira tantangan-tantangan itulah yang akan kita hadapi. Dan saya meyakini dengan semangat kerja keras kita bersama, tantangan-tantangan itu akan bisa kita lalui dengan baik,” kata Presiden Jokowi.
Sebagai referensi, larangan ekspor bijih nikel Indonesia resmi diberlakukan sejak 1 Januari 2020. Sementara larangan ekspor batubara baru diterapkan mulai 1 hingga 31 Januari 2022 bagi pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) atau IUPK tahap kegiatan Operasi Produksi, IUPK Sebagai Kelanjutan Operasi Kontrak/Perjanjian dan PKP2B.
Langkah ini dilakukan guna menjamin terpenuhinya pasokan batubara untuk pembangkit listrik. Kurangnya pasokan ini akan berdampak kepada lebih dari 10 juta pelanggan PT PLN (Persero), mulai dari masyarakat umum hingga industri, di wilayah Jawa, Madura, Bali (Jamali) dan non-Jamali. (ATN)
Discussion about this post