ASIATODAY.ID, WASHINGTON – USS Connecticut, kapal selam bertenaga nuklir milik Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) dilaporkan mengalami tabrakan dengan objek misterius di bawah Laut China Selatan.
USS Connecticut adalah salah satu dari tiga kapal selam kelas Seawolf di armada Angkatan Laut AS, dengan harga masing-masing sekitar USD3 miliar atau lebih dari Rp42,6 triliun. Kapal selam seberat 9.300 ton dengan panjang 353 kaki itu ditugaskan pada tahun 1998, ditenagai oleh satu reaktor nuklir dan diawaki oleh 140 pelaut.
Insiden tabrakan itu terjadi pada 2 Oktober 2021. Angkatan Laut Amerika masih merahasiakan objek misterius yang bertabrakan dengan USS Conneticut. Adapun tingkat kerusakan kapal masih dinilai, namun kapal itu diklaim masih mampu beroperasi penuh dan sekarang dalam perjalanan ke Guam.
Seorang pejabat Angkatan Laut AS pada Jumat (8/10/2021) mengatakan 11 pelaut mengalami luka sedang hingga ringan yang tidak membahayakan jiwa.
“Kapal itu dalam kondisi aman dan stabil,” kata Armada Pasifik Angkatan Laut AS, Kamis (7/10/2021).
“Pembangkit tenaga nuklir Connecticut tidak terkena dampak dan tetap beroperasi penuh,” lanjut Armada Pasifik dalam sebuah pernyataan.
“Kami akan melakukan penyelidikan yang sangat menyeluruh untuk mengetahui apa yang terjadi,” imbuh James Adams, pejabat dari Armada Pasifik.
USNI News, sebuah situs yang khusus menyampaikan berita tentang angkatan laut, melaporkan sekitar belasan pelaut terluka dengan luka sedang hingga ringan. USNI News juga mengatakan kapal selam itu beroperasi di Laut China Selatan, di mana Angkatan Laut AS telah berusaha untuk menantang klaim teritorial yang disengketakan China di pulau-pulau kecil, terumbu karang dan singkapan.
Kapal selam serang cepat kelas Seawolf itu berangkat dari Naval Base Kitsap-Bremerton sejak 27 Mei 2021. USS Connecticut ditugaskan untuk operasi maritim di Samudra Pasifik.
Seorang pejabat Angkatan Laut Amerika mengatakan itu objek yang bertabrakan dengan USS Conneticut bukan kapal Angkatan Laut, salah satu armada AS atau pun kekuatan asing.
Laporan Kitsap Sun, Angkatan Laut AS hanya membangun tiga kapal selam kelas Seawolf, yang masing-masing menelan biaya lebih dari USD3 miliar untuk pembangunannya. Kapal-kapal itu dikenal sebagai kapal yang paling rahasia, menyelam dalam dan bersenjata lengkap di seluruh Angkatan Laut Amerika.
Mereka dipandang oleh para ahli Angkatan Laut sama pentingnya dengan retorika “Persaingan Kekuatan Besar” dengan China dan Rusia yang meningkat.
Sedangkan menurut laporan Forbes, USS Seawolf, USS Connecticut dan USS Jimmy Carter semuanya berbasis pusat di Bremerton, Washington. Ketiganya tergolong kapal selam antik tahun 1990-an, yang terbesar, tercepat dan paling bersenjata lengkap dari sekitar 50 kapal selam serang armada AS.
Setiap kapal selam kelas Seawolf memiliki 50 torpedo dan misil, yang daya tembaknya cukup untuk menenggelamkan konvoi atau kelompok kapal induk musuh.
Dasar Laut China Selatan, Lingkungan Paling Sulit di Dunia
Analis mengatakan kapal selam Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) yang menabrak objek bawah laut di Laut China Selatan akhir pekan lalu beroperasi di salah satu lingkungan bawah laut yang paling sulit di dunia. Pasalnya, perairan ini dipenuhi dengan kebisingan dari kapal di atas dan dasar laut dengan kontur yang terus berubah yang dapat mengejutkan awak kapal selam.
Pejabat pertahanan AS tidak memberikan rincian kecelakaan yang menimpa USS Connecticut, hanya mengatakan bahwa sejumlah pelaut di atas kapal terluka ketika kapal selam itu menabrak sebuah benda saat tenggelam di Laut China Selatan.
Otoritas pertahanan AS juga mengatakan para awak mengalami cedera ringan dan kapal selam itu tiba di pangkalan angkatan laut AS di pulau Guam pada hari Jumat dengan kekuatannya sendiri.
Seorang juru bicara Angkatan Laut mengatakan kepada CNN bagian depan kapal selam itu rusak dan akan ada penyelidikan dan penilaian penuh atas insiden tersebut.
Karena lebih besar dari kapal selam serang kelas Virginia terbaru, USS Connecticut dapat membawa lebih banyak persenjataan daripada kapal selam serang AS lainnya – termasuk hingga 50 torpedo serta rudal jelajah Tomahawk, menurut lembar fakta Angkatan Laut AS.
Dan meskipun berusia lebih dari 20 tahun, kapal itu juga berteknologi maju dengan pembaruan pada sistemnya yang dilakukan selama masa pakainya.
Angkatan Laut mengatakan sangat tenang, cepat, dipersenjatai dengan baik, dan dilengkapi dengan sensor canggih.
“Ini adalah area dengan lingkungan akustik yang sangat buruk,” ujar Schuster, bahkan dengan sifat perairan itu sendiri yang menimbulkan masalah.
“Ambient noise dari arus yang lewat di antara pulau-pulau dan kondisi air yang tidak konsisten mempengaruhi penerimaan akustik,” tambahnya.
“Mungkin juga sesuatu dari bawah dapat menyebabkan masalah,” kata Schuster.
“Lingkungan perairan dan dasar laut berada dalam keadaan perubahan yang lambat tapi tak terhindarkan,” ujar Schuster.
“Ini adalah area yang membutuhkan pemetaan kontur bawah yang konstan. Anda dapat menabrak gunung bawah laut yang belum dipetakan di sana,” ungkapnya.
“Itulah sebabnya negara-negara di kawasan itu, AS dan China terus-menerus mensurvei dan berpatroli di mereka,” jelasnya.
Kecelakaan ini adalah yang kedua yang melibatkan kapal selam di wilayah itu tahun ini. Pada bulan April, sebuah kapal selam Indonesia tenggelam di Selat Bali, menewaskan semua 53 awak kapal.
Pejabat Angkatan Laut Indonesia mengatakan kecelakaan itu disebabkan oleh “faktor alam/lingkungan,” tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut. (ATN)
Discussion about this post