ASIATODAY.ID, JAKARTA – Perusahaan pertambangan mineral PT Vale Indonesia (INCO) akan mengucurkan investasi miliaran dolar untuk membangun smelter di Sulawesi.
Untuk proyek smelter di di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra), Vale akan menginvestasikan sekitar USD2,5 miliar, sedangkan untuk proyek smelter di Bahodopi, Sulawesi Tengah (Sulteng) Vale akan menginvestasikan sekitar USD1,5 miliar.
Meski begitu, nilai proyek tersebut dapat berubah dan dipastikan saat Final Investment Decision (FID) yang ditargetkan rampung pada akhir 2021.
INCO semula menargetkan proyek Pomalaa rampung pada 2025, sedangkan proyek Bahodopi rampung pada 2024.
Presiden Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan bahwa untuk proyek smelter feronikel Bahodopi, perseroan akan menggandeng partner dari China, tetapi hingga saat ini perseroan masih kesulitan merampungkan negosiasi seiring dengan pandemi Covid-19.
“Sambil bekerja paralel, kami juga menyiapkan permit yang dibutuhkan sehingga FID proyek Bahodopi ditargetkan selesai pada akhir tahun ini atau paling lambat awal tahun depan,” terang Febriany dalam materi paparan publik, yang dikutip Jumat (30/4/2021).
Sedangkan untuk proyek smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, perseroan menggandeng perusahaan asal Jepang. Saat ini, progres proyek itu sudah mencapai negosiasi inti sehingga diharapkan perseroan dapat melakukan FID proyek Pomalaa pada tahun depan.
Menurut Febriany, perseroan menggaet China dan Jepang karena kemampuan dan teknolongi dari masing-masing perusahaan sudah terbukti.
Dikatakan, perusahaan Jepang memiliki teknologi yang terbukti untuk smelter HPAL di Pomalaa, sedangkan China memiliki teknologi yang terbukti juga untuk smelter feronikel RKEF di Bahodopi.
Sementara itu, Direktur Vale Indonesia Dani Widjaja menjelaskan bahwa penyesuaian FID proyek itu juga berkaitan dengan misi perseroan untuk mengurangi emisi karbon.
“Kami sudah mempelajari LNG sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik di smelter, tetapi partner kami masih design menggunakan batu bara, melihat komitmen Vale untuk mengurangi gas karbon, kami berpendapat proyek baru ini bisa memakai LNG mulai dari awal,” ujar Dani.
“Emisi karbon menggunakan bahan bakar LNG merupakan setengah dari emisi karbon dengan bahan bakar batu bara. Dengan demikian, perubahan itu dinilai patut diperjuangkan seiring dengan perseroan yang akan mengutamakan investasi dengan praktik berkelanjutan,” imbuhnya. (ATN)
Discussion about this post