ASIATODAY.ID, JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) optimistis merealisasikan target produksi nikel sebanyak 71-73 ribu ton tahun ini. Hal ini didukung atas tuntasnya akvititas pemeliharaan pabrik perseroan pada kuartal I-2019.
Optimisme perseroan juga didukung atas tercapainya kenaikan produksi nikel dalam matte perseroan sebesar 35% menjadi 17.631 nikel pada kuartal II-2019, dibandingkan kuartal I-2019.
“Produksi nikel perseroan kuartal II-2019 lebih tinggi dari produksi kuartal I-2019 di saat aktivitas pemeliharaan yang telah direncanakan selesai,” terang CEO dan Presiden Direktur ValeNico Kanter melalui keterangan resminya di Jakarta, Selasa (23/7/2019) .
Realisasi produksi hingga semester I-2019 masih menunjukkan penurunan sekitar 15% menjadi 30.711 ton, dibandingkan periode sama tahun lalu hanya 36.034 ton. Penurunan akibat aktivitas pemeliharaan yang telah direncanakan pada Larona Canal Relining, shutdown pabrik, dan masalah-masalah di tanur listrik yang tidak terencana pada 2019.
Realisasi di semester I 2019 ditopang produksi nikel yang sebesar 17.631 ton pada kuartal dua. Jumlah itu 35% lebih tinggi dari realisasi di kuartal satu yang sebesar 13.080 ton.
Meski begitu, secara year on year, realisasi di semester I 2019 itu masih kalah tinggi bila dibandingkan produksi pada periode sama di tahun lalu. Pada periode tersebut, Vale berhasil memproduksi nikel sebesar 18.893 ton.
Tahun ini Vale memiliki target produksi nikel sebanyak 71.000 ton hingga 73.000 ton. Dengan begitu, realisasi produksi nikel Vale sudah mencapai 42% dari target tahun ini.
Sebagai informasi, target Vale tahun ini lebih kecil dari produksi di tahun 2018 yang sebanyak 74.806 ton. Penurunan produksi itu ditengarai sebagai imbas penghentian sementara akibat aktivitas dan perawatan PLTA Larona selama 10 pekan.
Selama ini Vale memiliki empat PLTA yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pabrik produksi nikel. Sudah 15 tahun terakhir, pabrik tambang nikel melakukan major shutdown pada bulan April atau setiap semester pertama. Praktis, hal tersebut selalu menekan produksi nikel Vale di semester pertama.
“Meski begitu, Vale tetap optimistis bisa merealisasikan target produksi pada tahun ini,” ujar Niko.
KESDM Mulai Bertemu Vale
Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Ditjen Minerba) mulai melakukan pertemuan dengan pihak PT Vale Indonesia Tbk. Pertemuan dilakukan untuk membahas proses divestasi, khususnya valuasi atas nilai 20% saham dari perusahaan nikel berkode emiten INCO tersebut.
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak mengungkapkan, pada akhir Juli ini pihaknya akan menggelar pertemuan dengan pihak INCO. Pertemuan pertama sudah dilakukan, yakni untuk meminta kelengkapan data serta kesesuaian metode penghitungan valuasi.
“Mereka persentase, kita minta data yang masih kurang. Kira-kira cara menghitung (valuasi) mereka bagaimana,” kata Yunus.
Menurut Yunus, pihaknya sudah memiliki perhitungan valuasi dari saham Vale yang akan didivestasi. Namun, karena hitungan tersebut baru dilakukan secara internal di Ditjen Minerba, maka perlu ada klarifikasi terlebih dulu. Yunus pun menyampaikan, pihak Vale juga dipersilakan untuk mengajukan nilai valuasi hasil penghitungannya sendiri. Nilai valuasi versi Ditjen Minerba dan Vale inilah yang kemudian akan diklarifikasi pada pertemuan berikutnya. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post