ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pandemi coronavirus (Covid-19) di Asia Tenggara dilaporkan mengalami mutasi dengan cepat.
Mutasi Covid-19 yang lebih ganas ditemukan di Indonesia sebagaimana dilaporkan oleh Lembaga Eijkman Biologi Molekuler pada Minggu lalu seiring dengan angka peningkatan kasus sebagaimana dikutip CNA, Senin (30/8/2020).
Menurut Deputi Direktur Eijkman Herawati Sudoyo, mutasi D614G ditemukan dalam data sekuensing genom. Namun temuan ini masih harus diperiksa lebih jauh lagi apakah ada hubungan dengan peningkatan kasus beberapa hari terakhir.
Strain yang ditemukan diidentifikasi pada Februari telah beredar di Eropa dan Amerika, Singapura dan Malaysia.
Sementara itu, ahli epidemologis Syahrizal Syarif mengatakan masyarakat Indonesia harus waspada karena ada kemungkinan kasus Covid-19 dapat mencapai 500.000 hingga akhir tahun.
“Situasi ini sangat serius, transmisi terjadi lokal di luar kendali,” ujarnya dikutip dari Reuters.
Sebelumnya, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan, pihaknya mengidentifikasi adanya strain Covid-19 yang lebih menular (infectious), D614G, di Indonesia sebagai hasil mutasi dari varian asli virus sebelumnya. Strain mutasi virus SARS-CoV-2, D614G, juga sudah dideteksi di sejumlah negara lain termasuk Malaysia.
“Yang mungkin menjadi perhatian utama saat ini adalah pertanyaan apakah ada diantara virus-virus yang ‘whole genom sequencing’-nya (pengurutan keseluruhan genom) sudah di dilaporkan ke GISAID, ada yang mengandung mutasi yang menunjukkan virus itu memiliki potensi bisa menular lebih cepat yaitu disebut D614G. Dapat kami sampaikan saat ini memang sudah diidentifikasi dan sudah dilaporkan,” kata Amin dalam konferensi pers virtual LIPI Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XX, Jakarta, Jumat (28/8/2020).
Pada hari ini, Senin (31/8/2020), infeksi Covid-19 di Indonesia bertambah 2.743k kasus sehingga totalnya menjadi 174.796. Sehari sebelumnya kasus baru mencapai 2.858. Penambahan tertinggi terjadi pada Sabtu yang mencapai 3.308.
Penambahan kasus baru Covid-19 tertinggi dilaporkan terjadi di DKI Jakarta yang mencapai 1.049 dengan total kasus mencapai 40.086.
Temuan terkait mutasi Covid-19 yang serupa juga terjadi di Malaysia. Straits Times melaporkan pada pertengahan Agustus bahwa mutasi D614G terlihat lebih menular 10 kali lipat daripada virus yang berasal dari Wuhan.
Dirjen Kementerian Kesehatan Malaysia Noor Hisham mengungkapkan mutasi D614G ditemukan pada Juli. Dengan demikian, pengembangan vaksin yang sekarang dikhawatirkan tidak cukup untuk melawan virus.
Pernyataan ini menimbulkan kekhawatiran ketika Malaysia telah melihat kebangkitan virus Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir.
“Yang terbaru dari Institute of Medical Research, mutasi D614G telah terdeteksi pada tes dan kultur Covid-19 untuk tiga kasus dari Klaster Sivagangga dan satu kasus dari Klaster Ulu Tiram (warga Filipina),” katanya.
Sementara itu, Paul Tambyah konsultan senior National University of Singapore dan presiden terpilih International Society of Infectious Diseases mengatakan mutasi D614G terjadi justru ketika tingkat kematian menurun. Artinya, mutasi tersebut tidak terlalu mematikan.
“Mungkin lebih baik virusnya lebih menular tetapi tidak lebih mematikan. Ini kepentingan virus untuk menginfeksi lebih banyak orang tetapi tidak membunuh mereka karena virus bergantung pada inang untuk makanan dan tempat bernaung,” katanya kepada Aljazeera. (ATN)
Discussion about this post