ASIATODAY.ID, JAKARTA – Dalam era digital yang semakin maju, perkembangan teknologi kripto telah membuka pintu bagi inovasi keuangan yang revolusioner. Semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk berinvestasi kripto atau menggunakan kripto untuk bertransaksi. Begitu juga platform yang menerima mata uang kripto untuk alat pembayaran semakin banyak, misalnya pembayaran untuk main di fun88 link alternatif.
Namun, di balik antusiasme masyarakat yang semakin tinggi, perlu diwaspadai juga ancaman kejahatan kripto yang semakin meluas. Bukan hanya mata uang digital itu sendiri yang berisiko, tetapi juga modus penipuan yang canggih dan beragam yang kerap digunakan oleh para penjahat kripto.
Baru-baru ini Forta Network, sebuah perusahaan keamanan blockchain, telah mengembangkan algoritme mampu mengidentifikasi berbagai jenis perilaku tidak wajar yang terindikasi kegiatan penipuan saat melakukan pemindaian transaksi di blockchain. Forta telah melaporkan tiga modus penipuan kripto yang sering terjadi.
Berikut ini adalah beberapa modus yang sering terjadi pada penipuan kripto yang perlu diwaspadai oleh para investor kripto.
Rekayasa sosial
Salah satu modus penipuan kripto oleh para penipu adalah modus rekayasa sosial. Modus ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi pribadi dari pengguna atau menerapkan trik untuk membuat pengguna mata uang kripto mengungkapkan kata sandi atau frase pengaman mereka.
Serangan penipuan kripto dengan modus rekayasa sosial ini umumnya membujuk pengguna kripto untuk mengakses sebuah situs, kemudian situs ini mengharuskan pengguna untuk menghubungkan dompet kripto. Saat hal ini dilakukan, maka akan terjadi sebuah transaksi yang jika disetujui pengguna, maka saldo di dompet kripto mereka akan hilang.
Intinya, serangan dengan modus ini akan membutuhkan informasi tentang alamat dompet kripto korban untuk berhasil dilakukan. Oleh karena itu, pengguna kripto sebaiknya hati-hati untuk tidak membagikan informasi mengenai dompet kripto yang dimiliki dengan sembarangan.
AirDrop NFT
Modus lainnya yang sering digunakan adalah penipuan dengan menargetkan NFT atau Non Fungible Token. Teknik yang sering dilakukan adalah dengan memanfaatkan sistem dan infrastruktur NFT, misalnya protokol SeaPort.
Platform SeaPort yang dikembangkan oleh OpenSea ini mengharuskan pengguna untuk menandatangani transaksi yang dibagikan secara lokal saja saat akan menjual NFT. Proses ini dilakukan untuk menghemat biaya transaksi. Kemudian pelaku penipuan memanfaatkan celah ini sehingga pengguna akhirnya menyetujui penjualan kepemilikan NFT dengan harga yang jauh lebih murah.
Ice Phishing
Modus yang ketiga adalah ice phishing, yang banyak terjadi beberapa waktu yang lalu. Kasus ice phishing dikabarkan merupakan kasus kejahatan kripto yang paling sering terjadi berdasarkan data bulan mei 2023.
Menurut laporan Forta, kasus ice phishing menyumbang sebanyak 55,8 persen dari jumlah total serangan penipuan kripto yang tercatat di perusahaan keamanan ini. Modus phishing telah banyak dikenal sebagai salah satu modus penipuan secara online. Biasanya modus phishing berarti pelaku melakukan pencurian data pribadi korban untuk dapat mengakses rekening atau akun finansial korban.
Begitu juga dengan ice phishing pada penipuan kripto ini. Dengan modus ini, pelaku penipuan berusaha untuk mencuri akses ke dompet kripto korban. Salah satu caranya adalah memancing korban untuk mengakses situs web phishing.
Situs ini telah dirancang sedemikian rupa sehingga menyerupai situs asli yang menyediakan layanan transaksi kripto. Namun setelah korban memasukkan data dompet kripto mereka pada situs phishing ini, pelaku penipuan akan dapat mengakses dompet kripto dan mencuri aset kripto milik korban. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post