ASIATODAY.ID, JAKARTA – Bertepatan dengan momentum Hari Kesehatan Mental se Dunia pada hari ini, Sabtu (10/10/2020), Organsasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis laporan kesehatan mental masyarakat dunia.
WHO menyebutkan hingga saat ini, hampir 1 miliar orang di dunia mengalami masalah kesehatan mental atau gangguan jiwa. Penyebab utamanya adalah depresi.
Berdasarkan data WHO, 1 orang meninggal setiap 40 detik di dunia karena bunuh diri, dipicu masalah kesehatan mental ini.
Sedangkan rata-rata sebanyak 3 juta orang meninggal karena penyalahgunaan minuman keras dan obat-obatan berbahaya.
Gangguan mental atau gangguan jiwa adalah penyakit yang mempengaruhi emosi, pola pikir, dan perilaku penderitanya. Sama halnya dengan penyakit fisik, penyakit mental juga ada obatnya.
Di Indonesia, penderita gangguan mental diidentikkan dengan sebutan ‘orang gila’ atau ‘sakit jiwa’, dan sering mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan, bahkan hingga dipasung. Padahal, penderita gangguan mental bisa dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pengobatan.
Gangguan mental bisa diobati dengan psikoterapi dan obat-obatan. Pada kasus tertentu, dokter akan memberikan kombinasi kedua metode pengobatan tersebut serta menyarankan pasien menjalani gaya hidup yang sehat.
Dikutip dari Alodokter, gejala dan tanda gangguan mental tergantung pada jenis gangguan yang dialami.
Penderita bisa mengalami gangguan pada emosi, pola pikir, dan perilaku. Beberapa contoh gejala gangguan mental diantaranya ;
Waham atau delusi, yaitu meyakini sesuatu yang tidak nyata atau tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya.
Halusinasi, yaitu sensasi ketika seseorang melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak nyata.
Suasana hati yang berubah-ubah dalam periode-periode tertentu.
Perasaan sedih yang berlangsung hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.
Perasaan cemas dan takut yang berlebihan dan terus menerus, sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Gangguan makan misalnya merasa takut berat badan bertambah, cenderung memuntahkan makanan, atau makan dalam jumlah banyak.
Perubahan pada pola tidur, seperti mudah mengantuk dan tertidur, sulit tidur, serta gangguan pernapasan dan kaki gelisah saat tidur.
Kecanduan nikotin dan alkohol, serta penyalahgunaan NAPZA.
Marah berlebihan sampai mengamuk dan melakukan tindak kekerasan.
Perilaku yang tidak wajar, seperti teriak-teriak tidak jelas, berbicara dan tertawa sendiri, serta keluar rumah dalam kondisi telanjang.
Selain gejala yang terkait dengan psikologis, penderita gangguan mental juga dapat mengalami gejala pada fisik, misalnya sakit kepala, sakit punggung, dan sakit maag.
Gangguan mental bisanya diketahui dari beberapa faktor seperti faktor biologis (atau disebut gangguan mental organik), gangguan pada fungsi sel saraf di otak, infeksi, misalnya akibat bakteri Streptococcus, kelainan bawaan atau cedera pada otak, kerusakan otak akibat terbentur atau kecelakaan, kekurangan oksigen pada otak bayi saat proses persalinan, memiliki orang tua atau keluarga penderita gangguan mental, penyalahgunaan NAPZA dalam jangka panjang, kekurangan nutrisi, faktor psikologis, peristiwa traumatik, seperti kekerasan dan pelecehan seksual, kehilangan orang tua atau disia-siakan di masa kecil, kurang mampu bergaul dengan orang lain, perceraian atau ditinggal mati oleh pasangan dan perasaan rendah diri, tidak mampu, marah, atau kesepian. (ATN)
Discussion about this post