ASIATODAY.ID, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan porsi vaksin Covid-19 bagi Indonesia sebanyak 20 persen dalam kerangka multilateral, dalam hal ini melalui skema COVAX.
COVAX merupakan kemitraan global yang bertujuan untuk mendukung pengembangan vaksin dan berbagi akses di dunia.
Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri, Febryan Ruddyard mengatakan, dalam COVAX ini diupayakan untuk pembagian yang adil.
Oleh karena itu, ditetapkan oleh WHO bahwa negara-negara di COVAX hanya memperoleh vaksin untuk 20 persen dari total populasi di negara tersebut.
“Prinsip WHO adalah bukan all vaccine for all people in some countries (vaksin untuk semua orang di sebuah negara), tapi lebih kepada some people in all countries (beberapa orang di seluruh negeri),” kata Febryan dalam Gathering Multilateral yang digelar secara virtual, Jumat (16/10/2020).
“Dalam kerangka multilateral yang disediakan hanya seperti itu, tapi tidak menutup kemungkinan bisa dilakukan di kerangka bilateral,” jelasnya.
Kondisi inilah yang menjadi alasan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir melakukan kunjungan ke beberapa negara di tengah pandemi, seperti China, Uni Emirat Arab, Inggris dan kini di Swiss.
“Sisanya kita menggunakan kerja sama bilateral. Hal ini kita bisa lihat dari upaya Menlu dan Menteri BUMN yang pro aktif berkunjung ke sejumlah negara. Ini sebagai upaya menutupi kekurangan vaksin melalui kerja sama bilateral dengan negara lain secara langsung,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Sosial Budaya dan OI non-PBB Kemenlu, Penny Herasati menuturkan saat ini WHO tengah mengatur diskusi distribusi vaksin untuk kategori penerima vaksin pertama.
“Hal ini terus dibahas, sehingga distribusi vaksin menjadi kesepakatan multilateral dan dapat didistribusikan ke seluruh negara,” pungkasnya. (ATN)
Discussion about this post