ASIATODAY.ID, KINSHASA – World Health Organization atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, 6 ribu jiwa di Kongo meninggal akibat terpapar wabah Campak.
WHO mengatakan epidemi di Kongo adalah yang terbesar di dunia dan bergerak paling cepat.
Berdasarkan keterangan tertulis WHO yang diterima Kamis (09/01/2020), sekitar 310 ribu kasus Campak sudah terjadi di Kongo sejak 2019.
Pemerintah Kongo dan WHO pun telah meluncurkan program vaksinasi darurat sejak September 2019. Bahkan sudah lebih 18 juta balita divaksinasi di seluruh Kongo sejak 2019.
Namun buruknya infrastruktur ditambah lagi serangan terhadap pusat-pusat kesehatan oleh gerilyawan dan kurangnya akses ke perawatan kesehatan menghambat upaya untuk menghentikan penyebaran wabah campak.
Setiap satu dari 26 provinsi Kongo telah melaporkan kasus campak sejak wabah diumumkan pada Juni tahun lalu.
“Kami melakukan yang terbaik untuk mengendalikan epidemi ini,” terang Dr Matshidiso Moeti, Direktur Regional WHO untuk Afrika.
“Agar upaya menekan wabah campak berjalan sukses, kita harus memastikan setiap anak divaksin. Kami mendesak mitra donor kami untuk segera meningkatkan bantuan mereka,” imbuhnya.
Menurut WHO, dana senilai USD40 juta atau setara Rp554 juta sangat dibutuhkan saat ini untuk memperpanjang vaksinasi kepada anak-anak antara enam dan 14 tahun.
Mengenali Campak
Menurut WHO, Campak adalah virus yang pada awalnya menyebabkan pilek, bersin dan demam. Beberapa hari kemudian menyebabkan ruam bernoda yang terlihat di wajah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Kebanyakan orang akan pulih, namun campak dapat menyebabkan cacat seumur hidup. Ini bisa mematikan, terutama jika menyebabkan pneumonia di paru-paru atau ensefalitis (pembengkakan di otak).
WHO memperkirakan, 110.000 orang di dunia meninggal akibat campak setiap tahun. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post