ASIATODAY.ID, BEIJING – Pada 2022, ketika dunia bergulat dengan pandemi, gangguan rantai pasokan, konflik regional, dan proteksionisme, China, di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping, tetap menjadi pendukung kuat terhadap kerja sama global dan ekonomi terbuka.
Selama setahun terakhir, Xi mendorong maju ekonomi terbesar kedua di dunia itu dalam mencapai keterbukaan dengan standar yang lebih tinggi dan mengubah perkembangannya yang luar biasa menjadi peluang untuk berbagi dengan dunia.
“China akan membuka pintunya lebih luas lagi,” tegasnya saat bertemu para wartawan usai terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Komite Sentral ke-20 Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC) dalam sesi pleno pertamanya pada akhir Oktober lalu.
“Kami akan teguh dalam memperdalam reformasi dan keterbukaan secara menyeluruh, dan dalam mengejar pembangunan berkualitas tinggi. China yang makmur akan menciptakan lebih banyak peluang bagi dunia,” kata Xi.
Peluang di Pasar yang Luas
Pada Konferensi Kerja Ekonomi Pusat (Central Economic Work Conference) yang diagendakan pada pertengahan Desember lalu, menarik dan memanfaatkan modal asing melalui upaya yang lebih besar tercatat sebagai salah satu prioritas agenda ekonomi negara itu.
Pada sejumlah kesempatan di tahun ini, Xi menyebutkan tentang pasar domestik China yang sangat besar, yang ingin dia ubah menjadi “peluang besar bagi dunia.”
“Tujuan kami adalah untuk meningkatkan populasi berpenghasilan menengah menjadi lebih dari 800 juta dalam 15 tahun ke depan, dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dari pasar berskala besar kami,” ungkap Xi pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) CEO Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) bulan lalu.
Sebagai bukti meningkatnya daya tarik pasar China yang luas, dalam 11 bulan pertama tahun ini, investasi langsung asing ke China Daratan mempertahankan ekspansi 12,2 persen menembus US$178 miliar (1 dolar AS = Rp15.592) terlepas dari meningkatnya kekhawatiran tentang resesi global.
Pada November, total kesepakatan tentatif senilai 73,52 miliar dolar AS dicapai untuk pembelian barang dan jasa selama satu tahun dalam Pameran Impor Internasional China (China International Import Expo/CIIE) kelima di Shanghai, sebuah acara yang secara pribadi direncanakan, diusulkan, dikerahkan, dan dipromosikan oleh Xi.
Menggemakan komitmen keterbukaan China, sebuah artikel opini bersama di harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung, yang ditulis bersama oleh para pemimpin beberapa perusahaan ternama Jerman termasuk BASF dan Siemens, menyerukan pendekatan pragmatis untuk membina hubungan ekonomi dan bisnis dengan China.
Artikel opini editorial yang diterbitkan pada November tersebut, mengatakan kehadiran perusahaan-perusahaan Jerman di pasar China yang berkembang secara dinamis juga melayani kepentingan ekonomi Jerman. “Mengabaikan China akan memutuskan kami dari peluang ini,” tulis mereka.
Peluang dari Keterbukaan Institusional
Bagi para investor asing, peluang baru juga datang dari berbagai upaya China untuk terus memperluas keterbukaan institusional berdasarkan aturan, regulasi, manajemen, dan standar.
“China akan bekerja dengan semua negara dan semua pihak untuk berbagi peluang dari keterbukaan institusionalnya,” kata Xi pada pembukaan CIIE tahun ini.
Pada Oktober, para anggota parlemen senior China bertemu dalam sesi komite tetap Kongres Rakyat Nasional (National People’s Congress) untuk meninjau laporan tentang penegakan Undang-Undang Investasi Asing (Foreign Investment Law), yang mulai berlaku pada 1 Januari 2020 untuk melindungi hak dan kepentingan sah dari investor asing.
Laporan itu menemukan bahwa UU tersebut telah diterapkan secara efektif. Hingga akhir September tahun ini, jumlah perusahaan investasi asing yang terdaftar di China mencapai sekitar 455.000, dengan mencatat masing-masing peningkatan tahunan sekitar 43.000 pada 2020 dan 2021.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan China dan situs web resmi pemerintah pusat China (www.gov.cn) terhadap 3.130 perusahaan asing menunjukkan bahwa penerapan UU Investasi Asing meningkatkan ekspektasi dan kepercayaan di pasar China di antara hampir 90 persen responden.
Tahun ini China sepenuhnya mengimplementasikan daftar negatif yang dipersingkat untuk investasi asing, memperluas katalog investasi yang didorong, dan menambahkan lebih banyak kota ke dalam program percontohan pembukaan sektor jasa.
Dalam laporan kepada Kongres Nasional CPC ke-20 pada Oktober, Xi juga berjanji melindungi hak dan kepentingan investor asing sesuai dengan hukum, dan mendorong lingkungan bisnis kelas dunia yang berorientasi pasar, berbasis hukum, dan berkelas internasional.
Peluang dari Kerja Sama Internasional
Pada hari pertama 2022, perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP), yang ditandatangani oleh 15 negara Asia-Pasifik termasuk China, mulai berlaku, menciptakan blok perdagangan terbesar di dunia.
Sebuah tonggak penting dalam keterbukaan China, pakta perdagangan itu berfungsi sebagai dukungan utama bagi perdagangan regional melewati tahun yang sulit seperti 2022. Dari Januari hingga Agustus 2022, perdagangan antara China dan 14 anggota RCEP lainnya mencapai 8,32 triliun yuan (1 yuan = Rp2.231), atau 30,5 persen dari total perdagangan luar negeri China.
Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI), sebuah barang publik internasional yang diusulkan China, juga membuahkan hasil lebih lanjut di tahun ini. Hingga akhir Agustus, volume akumulatif perdagangan barang China dengan negara-negara di sepanjang BRI mencapai sekitar US$12 triliun.
Sementara itu, China juga secara aktif berupaya bergabung dalam sejumlah perjanjian ekonomi dan perdagangan berstandar tinggi seperti Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership) dan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Digital (Digital Economy Partnership Agreement).
China siap bekerja sama dengan semua negara untuk mempraktikkan multilateralisme sejati, membangun lebih banyak konsensus untuk keterbukaan, bersama-sama mengatasi kesulitan dan tantangan yang dihadapi pertumbuhan ekonomi global, serta memastikan bahwa komitmennya terhadap keterbukaan akan membawa prospek luas bagi pembangunan global, menurut Xi.
“Keterbukaan adalah kekuatan pendorong utama di balik kemajuan peradaban manusia sekaligus sebuah jalan intrinsik menuju kemakmuran dan pembangunan global,” kata Xi. (Xinhua)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post