ASIATODAY.ID, JAKARTA – Sebuah survei yang diluncurkan konsultan Duff & Phelps menempatkan New York sebagai pusat keuangan nomor 1 dunia, mengeser London ke posisi kedua. Posisi London tergeser karena ketidakpastian Brexit sehingga merusak sentimen terhadap ibukota Inggris.
Sementara, kota-kota di Asia kian bersaing menempati posisi teratas survei pusat keuangan top dunia.
Seperti yang diketahui, Inggris akan resmi meninggalkan Uni Eropa pada 31 Januari 2020 dan kondisi ini sejalan ketidakpastian pasca masa transisi yang baru akan berakhir pada bulan Desember 2020.
Melansir Reuters, Rabu (29/01/2020), survei Global Regulatory Outlook yang melibatkan 245 pejabat senior dari perusahaan manajemen aset, perbankan, dan perusahaan keuangan lainnya di seluruh dunia tersebut menemukan bahwa New York terus unggul terhadap London.
Sebanyak 56 persen responden menganggap pusat keuangan AS tersebut sebagai pusat uang paling penting di dunia, naik 33 poin persentase selama dua tahun terakhir.
Sementara itu, hanya 33 persen responden yang menganggap London sebagai pusat keuangan global terkemuka, turun lebih dari 20 poin persentase selama dua tahun terakhir.
“Sulit untuk tidak menyangkut-pautkan bahwa tiga tahun ketidakpastian sejak pemilu Brexit pertama, turut berkontribusi pada turunnya peringkat London,” jelas Direktur Pelaksana Duff & Phelps, Monique Melis.
Survei ini juga menunjukkan bahwa New York dan London akan berpindah posisi pada lima tahun ke depan, dengan pusat-pusat keuangan baru di Hong Kong, Singapura dan Shanghai diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan terbesar.
Hanya 22 persen yang memperkirakan London akan tetap menjadi pusat keuangan utama dalam waktu lima tahun ke depan. Di samping itu, beberapa responden berpendapat bahwa Paris, Frankfurt atau kota Eropa lainnya bisa saja menggantikan New York atau London.
Para responden lebih menyukai London daripada New York dalam hal kebijakan yang paling menguntungkan untuk jasa keuangan di dunia.
“Jika pemerintah dapat memposisikan Inggris sebagai pusat keuangan dengan regulasi yang lebih menguntungkan dan memisahkannya dari birokrasi Eropa, maka kita dapat melihat Inggris kembali ke posisi teratas dan menarik bakat baru ke sektor ini,” kata Melis.
London telah menunjukkan ketahanannya sejak Inggris memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa pada 2016 dengan melampaui New York sebagai pusat pertukaran suku bunga dan pemimpin dalam perdagangan mata uang. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post