ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pengamat Pasar Modal, Hans Kwee memproyeksikan, industri properti dan mineral tambang Indonesia bakal bersinar tahun ini.
Pasalnya, sektor properti mendapat dukungan dari suku bunga acuan yang turun 100 bsp tahun lalu dan beberapa pelonggaran di kebijakan LTV. Disamping itu, tahun lalu masih tahun Pemilu sehingga banyak kalangan menahan diri untuk berinvestasi di industri properti.
“Goyangnya investasi di produk Asurasi dan reksadana sedikit banyak membuka angin segar bagi investasi properti. Peluang orang mengalihkan investasi sangat terbuka,” jelas dia melalui keterangan tertulis yang diterima Rabu (29/01/2020).
Hans menjelaskan, memang sebelumnya diperkirakan siklus industri properti akan mencapai puncak di tahun 2012 hingga 2014 dan lalu berangsur turun. Namun dari tahun lalu hingga awal tahun 2020, keadaan berubah dan ini menjadi periode bersinarnya industri properti.
“Target top sektor properti akan terjadi di tahun 2023 hingga 2025 dengan awal kenaikan dari 2020. Selain membeli properti langsung, investor juga dapat membeli beberapa saham atau produk turunnnya seperti real estate investment trust (REIT) melalui pasar modal,” jelas Hans.
Hans pun merekomendasikan emiten BSDE 1550, DUTI 5820, LPCK 1450, PWON 625 dan APLN 1320 sebagai pilihan sektor properti.
“Dari sektor Logam kami merekomendasikan Emas, Nikel dan Timah sebagai pilihan. Emas memang terbantu akibat naiknya tensi geopolitik di Timur tengah,” ujar Hans.
Menurut dia, emas dan beberapa mata uang kuat dunia sering dianggap aset Safe Heaven, ketika terjadi kenaikan risiko pasar global. Akibat perang dan kekhawatiran resesi ekonomi dunia, ini membawa keuntungan bagi emas.
“Sedangkan Nikel mendapat angin segar dari kenaikan harga, akibat kebijakan Indonesia melarang ekspor Nikel mentah. Kebijakan itu mengurangi pasokan dunia. Selain itu pemerintah China juga mengambil tindakan mengamankan cadangan nikel nya,” ujar Hans.
Hans mengatakan, Timah juga diperkirakaan menarik. Akibat perubahan pada peta kendaraan dunia, dimana kendaraan listrik menjadi kebutuhan di masa depan.
“Kebutuhan Timah akan meningkat. Komoditas Nikel dan Timah diperlukan untuk komponen pembentukan baterai yang merupakan masa depan energi dunia. Kami merekomendasikan emiten ANTM 850, INCO 4180, MDKA 1520 dan TINS 340 sebagai pilihan di sektor ini,” tandas Hans. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post