ASIATODAY.ID, BOGOR – Selama ini di kalangan masyarakat umum hanya mengenal fosil manusia purba atau hewan purba. Ternyata Indonesia kaya dengan fosil tumbuhan.
Ya, Indonesia memiliki fosil kayu. Ini merupakan salah satu kekayaan peninggalan sejarah flora di Indonesia.
Menyadari perannya sebagai aset ilmu pengetahuan yang bernilai historis tinggi, Pusat Litbang Hasil Hutan (P3HH) Badan Litbang dan Inovasi (BLI) sejak tahun 1996 telah melaksanakan riset paleobotani yang dilakukan oleh Mandang dan Martono.
Riset yang bertujuan untuk mengetahui identitas botanis, persebaran serta umur fosil kayu tersebut merupakan bagian dari upaya penyelamatan sejarah hutan tropis purba Indonesia.
“Penelitian fosil kayu sangat penting dilakukan. Selain sebagai sumber ilmu pengetahuan, juga mempertimbangkan statusnya yang dikhawatirkan semakin langka,” ujar Andianto, S.Hut., M.Si seperti dikutip dari menlhk.go.id, Kamis (8/8/2019).
Hasil riset ini menurut Andianto sangat penting untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bagi generasi yang akan datang, khususnya mengenai sejarah evolusi dunia tumbuhan.
Andianto bersama tim riset paleobotani P3HH yakin bahwa Indonesia masih menyimpan ‘kekayaan sejarah’ fosil kayu hutan tropis yang belum tergali.
Penelitian fosil kayu di Indonesia sudah dimulai pada abad ke-19, yakni tahun 1851 oleh Goopert. Namun penelitian ini jarang dilakukan, bahkan oleh peneliti Indonesia. Ini menyebabkan informasi yang diperoleh hingga saat ini belum cukup memadai untuk mengetahui potensi sebaran fosil kayu di seluruh Indonesia.
Sejak 2015, Andianto dan tim memulai kembali riset paleobotani. Banten, tepatnya di Kecamatan Curug dan Kecamatan Cimarga di Kabupaten Lebak, adalah salah satu lokasi penelitiannya. Dari hasil identifikasi ciri-ciri anatomi fosil kayu, melalui irisan bidang lintang, radial dan tangensial, Andianto beserta tim peneliti menyimpulkan bahwa jenis fosil kayu yang berasal dari daerah Banten umumnya dari jenis Shoreoxylon sp. (meranti) dan Dryobalanoxylon sp. (kamper).
Berdasarkan metoda radio karbon diperkirakan fosil yang ditemukan di Banten tersebut berumur lebih dari 50.000 tahun. Sementara berdasarkan data peta geologi, diperkirakan berumur Pliosen, yakni skala waktu geologi yang berlangsung 5,3 hingga 1,8 juta tahun yang lalu. Prediksi tersebut merupakan hasil analisis data dengan menggunakan analisa stratigrafi lembar peta geologi Lembar Serang dan International Chronostratigraphic Chart.
Bukanlah suatu kebetulan, fosil kayu banyak ditemukan di Kabupaten Lebak, Banten. Berdasarkan sumber literatur yang ada, Andianto menggambarkan karakteristik wilayah tersebut merupakan satuan ekoregion karst dan sebagiannya merupakan blok patahan yang cenderung berbukit dengan kemiringan lereng dominan lebih dari 37 persen.
Struktur geologi di daerah ini terdiri atas formasi batuan batuan sedimen, batuan gunung api, batuan terobosan dan alluvium yang berumur mulai dari masa Miosen awal hingga Resen.
,’;\;\’\’
Discussion about this post