ASIATODAY.ID, JAKARTA – PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk.,(IKAI IJ), melalui anak usahanya, PT Internusa Keramik Alamasri (INKA), produsen keramik terkemuka di Indonesia menyiapkan strategi jitu untuk tetap eksis dan bertumbuh di tengah tantangan kondisi pandemi saat ini.
Industri keramik memang menghadapi tantangan beberapa tahun terakhir ini. Banjirnya volume keramik impor kerap menjadi masalah hingga kini.
Pemerintah telah meluncurkan kebijakan safeguard keramik berupa proteksi pemerintah dari impor keramik asal China, Vietnam dan India telah ditetapkan pada tahun 2019.
Di awal pandemi Covid-19 lalu, utilisasi industri keramik nasional juga sempat anjlok ke level 30 persen, walalupun kini telah berangsur membaik ke level 56 persen. Di sisi lain, gas industri, yang proporsinya mencapai 25 persen dari total struktur biaya produksi, juga banyak dikeluhkan karena harganya terus meningkat.
Pemerintah pun akhirnya turun tangan memberikan dukungan dengan kebijakan penurunan harga gas dalam industri manufaktur.
Di tengah semua tantangan tersebut, baik ekonomi secara umum maupun di industri keramik sendiri, INKA berkomitmen penuh untuk terus maju, bertumbuh sehat baik secara operasional maupun secara skala usaha.
Direktur Pelaksana INKA, Angelica Lie mengatakan bahwa INKA sebagai produsen keramik terkemuka di Indonesia terus didorong untuk bertumbuh sehat baik secara organik maupun non-organik.
“Organik, dengan cara mempertahankan kualitas operasional yang prima melalui keunggulan produk berkualitas dan lini produksi yang efisien,” kata dia melalui keterangan tertulisnya, Selasa (3/11/2020).
Di saat yang bersamaan, INKA juga mengembangkan pasar dengan orientasi ekspor ke pasar internasional. Secara non- organik, INKA juga sedang aktif melakukan pengembangan usaha melalui penjajakan aliansi strategis dan akuisisi lini produksi baru untuk memperbesar skala usahanya.
“Hasilnya, realisasi positif telah ditorehkan INKA, dengan tembusnya brand Essenza, produk unggulan INKA, ke pasar ekspor di Amerika Serikat (AS). Pengiriman perdana telah dilakukan di akhir September 2020 lalu dan akan terus berlanjut,” terangnya.
Pasar yang dibidik Essenza di AS pun sangat prospektif, yaitu kawasan California, yang memiliki pangsa pasar besar karena salah satu jantung properti di AS.
Selain itu, kenyataan bahwa keramik asal Indonesia cenderung lebih murah dibandingkan dengan produk impor sejenis di AS, terutama produk impor dari China, memberikan keunggulan kompetitif tersendiri bagi Essenza.
Dengan capaian tersebut Essenza berhasil memposisikan diri sebagai brand keramik berkualitas tinggi dengan harga kompetitif, serta design berselera internasional.
Menurut Angelica Lie, orientasi ekspor dipilih karena 2 hal. Pertama, keberpihakan pemerintah dalam hal proteksi produsen keramik nasional terhadap harga gas industri dan keramik impor, dan embargo Amerika, Eropa, Australia terhadap produk China.
“Kedua hal ini merupakan peluang bagi Essenza yang memang telah memposisikan diri sebagai produsen keramik berkualitas,” imbuhnya.
Angelica Lie juga menambahkan, dari sisi skala usaha, INKA juga tengah mempersiapkan rencana strategi pengembangan usaha secara non-organik. Secara umum diarahkan kepada pengembangan kemampuan produksi dengan beberapa alternatif seperti pembelian lini produksi dari pihak lain, akuisisi pabrik kompetitor, relokasi pabrikan China di Indonesia yang dikelola oleh Essenza dan beberapa hal lainnya.
Ditambahkanya, bahwa saat ini INKA sedang melakukan survei terhadap pabrik di China dan potensinya di Indonesia sebagai langkah kongkrit menuju rencana itu. Di sisi lain, INKA juga menunjuk konsultan investasi untuk membantu identifikasi calon mitra.
“China menjadi kandidat potensial karena tertutupnya pasar mereka terhadap negara lain sehingga menjadi peluang yang harus dimanfaatkan. Tunggu saja realisasinya dalam waktu dekat,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post