ASIATODAY.ID, SHAANXI – Banjir bandang menerjang wilayah Provinsi Shaanxi, China. Selain menelan korban jiwa, banjir juga melumpuhkan sejumlah tambang batubara di wilayah itu.
Provinsi Shaanxi merupakan pusat tambang batubara di China. Sebanyak 60 tambang batubara terpaksa berhenti total akibat bencana tersebut. Shaanxi berkontribusi sebesar 25% dari total produksi batubara di China. Situasi ini mengakibatkan krisis energy listrik di China makin parah dan berkepanjangan.
Berdasarkan laporan Zhengzou Commodity Exchange, banjir di China membawa harga batubara terbang tinggi menembus angka USD219 per ton pada Senin (11/10/2021). Tak tanggung-tanggung, kenaikannya dua kali lipat dibandingkan awal tahun.
“Awal tahun ini harga energi di pasar global meningkat tajam. Sementara pasokan listrik dan batu bara bersaing ketat menyebabkan pemadaman listrik di sejumlah wilayah dan berpengaruh besar terhadap perekonomian,” tulis Dewan Negara China sebagaimana dilaporkan CNN Internasional, Senin (12/10/2021).
Bencana banjir terjadi saat China sedang berjuang meningkatkan pasokan batubara untuk mengatasi krisis energi. Tahun lalu, batubara berkontribusi 60% bauran energi di China.
Krisis energi di China menghantam 20 provinsi akibat pembatasan pasokan batubara sehingga banyak pabrik berhenti beroperasi. Padahal, secara konsumsi daya lsitrik Januari-Agustus tumbuh 14% dibandingkan tahun lalu akibat pulihnya aktivitas ekonomi.
Tak berhenti disitu, krisis energi juga diperparah perang dagang dengan Australia yang selama ini memasok batubara ke China. Sedangkan energi terbarukan (ET) masih tertatih-tatih mencukupi kebutuhan listrik di dalam negeri di tengah kebijakan menekan emisi karbon secara progesif hingga 2060. (ATN)
Discussion about this post