ASIATODAY.ID, WASHINGTON – Presiden World Bank David Malpass meminta China agar berkontribusi lebih banyak dalam memberikan bantuan kepada negara berpenghasilan rendah melalui Dana Asosiasi Pembangunan Internasional (IDA).
Malpass menyampaikan hal itu kepada Komite Bretton Woods, sebuah kelompok pendukung yang berbasis di AS, pada hari Kamis (14/10/2021).
Malpass mengatakan bahwa World Bank saat ini berusaha mengumpulkan sekitar USD100 miliar untuk IDA.
Selain China, Malpass juga berupaya menjangkau Rusia, Turki, Inggris, dan negara-negara donor lainnya demi mencapai target tersebut.
Melansir Reuters, pada hari Senin (11/10/2021), Malpass mengumumkan target USD100 miliar yang sebelumnya ditetapkan oleh para pemimpin Afrika. Ia menekankan bahwa dana tersebut diperlukan untuk mengatasi perubahan dalam pembangunan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.
World Bank memperkirakan pertumbuhan global sebesar 5,7% pada tahun 2021 dan 4,4% pada tahun 2022. Meskipun demikian, kesenjangan ekonomi antara negara maju dan berkembang diprediksi akan semakin memburuk dan menghambat upaya untuk mengurangi kemiskinan ekstrem selama bertahun-tahun.
Malpass mengakui bahwa ekonomi China telah tumbuh sangat pesat dan dengan alasan itu, ia merasa kini China mampu memberikan donasi yang lebih besar ke IDA. Malpass juga menyoroti Jepang yang disebut telah berkomitmen untuk memberikan kontribusi yang lebih besar.
Ia juga mengatakan bahwa saat ini World Bank sedang mencari pengecualian kongres AS yang akan memungkinkan IDA untuk menawarkan sekuritas di pasar modal AS dengan harga yang lebih kompetitif.
“Bank Pembangunan Asia, Bank Pembangunan Inter-Amerika dan lembaga-lembaga lain sudah memiliki pengecualian tersebut, tetapi IDA tidak,” ungkap Malpass.
Whitney Debevoise dari firma hukum Arnold & Porter, juga mantan direktur eksekutif AS di World Bank, mengatakan bahwa pengecualian tersebut dapat menghemat ratusan juta dolar dana IDA. (ATN)
Discussion about this post