ASIATODAY.ID, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony J. Blinken, mengapresiasi kepemimpinan G20 Indonesia dalam Kesehatan Global.
Apresiasi itu disampaikan oleh Blinken dalam Pertemuan Aksi Global COVID-19 atau COVID-19 Global Action Meeting dari Washington DC, pada 14 Februari 2022.
“Kita harus menatap masa depan dan memperkuat keamanan kesehatan global untuk menghadapi keadaan darurat berikutnya. Di antaranya memastikan pendanaan berkelanjutan untuk tanggap dan kesiapsiagaan pandemi, termasuk lembaga-lembaga internasional yang kokoh secara finansial dan pendanaan baru dari World Bank yang secara khusus menitikberatkan pada kapasitas yang dibutuhkan untuk mencegah, mendeteksi, dan menghadapi ancaman di masa depan.
Dan saya ingin memuji Indonesia karena kepemimpinannya di G20 tahun ini telah menggerakkan kita semua dalam hal ini,” kata Blinken dikutip dari siaran pers Kedubes AS di Jakarta, Kamis (17/2/2022).
Dikatakan, hampir tiga tahun pandemi COVID-19 berlangsung, penderitaan dunia terus berlanjut meskipun ada upaya heroik dari tenaga kesehatan, warga sipil, institusi, organisasi, negara, dan perekonomian.
Sepanjang periode tersebut, fakta yang tetap bahwa tidak ada satu negara pun yang mampu bertindak sendiri untuk menghentikan virus.
Seperti yang dijelaskan oleh Presiden Biden sejak KTT Global COVID-19 pada September 2021, memvaksin warga dunia, menyelamatkan nyawa sekarang, serta membangun kembali dengan lebih baik memerlukan tindakan global bersama. Secara bersama-sama, komunitas internasional dapat mengkahiri fase akut pandemi.
“Pertemuan Aksi Global COVID-19 atau COVID-19 Global Action Meeting hari ini merupakan langkah penting untuk mencapai tujuan bersama ini,” imbuhnya.
Rencana Aksi Global tersebut untuk menanggapi apa yang telah diidentifikasikan oleh komunitas internasional sebagai hambatan terbesar yang tersisa dalam perjuangan untuk mengakhiri pandemi ini.
“Ini adalah peta jalan kita yang paling jelas, menjabarkan enam lini upaya utama yang, ketika dijalankan bersama, akan membantu kita mencapai tujuan yang ditetapkan oleh Presiden Biden pada KTT Global COVID-19 tahun lalu,” jelasnya.
Peta jalan ini dirancang secara eksplisit untuk menyelaraskan kekuatan yang menjadi ciri khas suatu negara dengan bidang kebutuhan yang mendesak, mungkin itu logistik dan operasional, atau mungkin industri farmasi yang kuat.
“Tantangan kita sekarang adalah untuk menghubungkan kapasitas ini dengan lokasi-lokasi yang paling baik untuk kebanyakan orang,”.
“Kita telah mengidentifikasi kesenjangan, dan kini kita berupaya menutup kesenjangan tersebut. Hal itulah yang akan dilakukan Rencana Aksi Global,” jelasnya.
Blinken pun memaparkan enam upaya tersebut.
Pertama, dan yang paling penting, menyuntikkan lebih banyak vaksin secara lebih cepat. Ini berarti mengatasi kesenjangan dalam hal kesetaraan dengan meningkatkan akses ke vaksin yang efektif di seluruh dunia.
“Tetapi kita tahu bahwa peningkatan pasokan saja tidak cukup untuk mengubah vaksin menjadi vaksinasi. Kita juga harus mengatasi tantangan-tantangan dalam pengiriman di titik terdekat seperti akses ke teknologi pendinginan untuk vaksin ketika transit dalam perjalanannya,” jelasnya.
Jepang telah menunjukkan kepemimpinannya dalam bidang ini melalui program “Last One Mile Support” untuk sekitar 60 negara.
“Kita harus terus mendorong kemajuan tersebut,” ujarnya.
Kedua, memperkuat rantai pasokan untuk vaksin dan pasokan-pasokan penting lainnya, seperti jarum suntik, alat tes, perawatan. Pandemi telah memperlihatkan betapa rentannya pasokan tersebut.
“Kita tidak dapat mencapai target WHO tanpa pasokan ini,” jelasnya.
Ketiga, mengatasi ketimpangan informasi yang menyebabkan kepercayaan yang rendah terhadap vaksin. Dalam beberapa kasus, sejumlah oknum nakal menyebarkan misinformasi dan disinformasi. Sementara pada kasus-kasus lainnya, informasi yang jelas tentang vaksin yang aman dan efektif masih kurang memadai.
“Dengan menyesuaikan isi pesan yang ingin kita sampaikan kepada para pemirsa setempat, kita bisa memberikan arahan yang jelas, menghalau disinformasi, dan meningkatkan kepercayaan terhadap vaksin,” imbuhnya.
Keempat, memberikan lebih banyak dukungan termasuk vaksinasi, perlengkapan, dan pelatihan bagi para tenaga kesehatan yang selalu berada di garda terdepan sejak pandemi ini merebak hingga mempertaruhkan nyawa mereka demi menyelamatkan orang lain.
Kelima, memberikan akses perawatan dan terapi yang lebih mudah kepada para pasien COVID-19 karena mengakhiri pandemi bukan sekadar melindungi orang dari virus, tapi juga membantu menyelamatkan nyawa mereka yang sedang terpapar.
Dan keenam dan terakhir, menatap masa depan dan memperkuat keamanan kesehatan global untuk menghadapi keadaan darurat berikutnya.
Di antaranya memastikan pendanaan berkelanjutan untuk tanggap dan kesiapsiagaan pandemi, termasuk lembaga-lembaga internasional yang kokoh secara finansial dan pendanaan baru dari World Bank yang secara khusus menitikberatkan pada kapasitas yang dibutuhkan untuk mencegah, mendeteksi, dan menghadapi ancaman di masa depan. (ATN)
Discussion about this post