ASIATODAY.ID, JAKARTA – Hasil riset terbaru yang diprakarsai oleh startup solusie-commerce, Sirclo, bertajuk “Navigating Indonesia’s E-commerce covid-19 Impact & The Rise of Social Commerce,” menunjukkan bahwa, di Indonesia terdapat 12 juta pengguna baru e-commerce selama pandemi Covid-19.
“Dari data kami, ada 12 juta pengguna e-commerce baru selama Covid-19 selama hampir 9 bulan ini, dan dari survei juga, setidaknya 40 persen yang akan menjadikan belanja online sebagai kebiasaan,” jelas pendiri sekaligus CEO Sirclo, Brian Marshal, dalam keterangan dikutip Kamis (5/11/2020).
Menurut Brian, angka 40 persen tersebut, akan terus berkembang, sebab pengguna baru cenderung tetap memilih berbelanja online menggunakan platform e-commerce, tidak bersifat temporer hanya di masa pandemi saja.
Secara umum, pertumbuhan e-commerce di Indonesia meningkat lebih dari 90 persen, jauh dari perkiraan sebelumnya yang diprediksi meningkat 54 persen.
“Pertumbuhannya hampir dua kali lipat pada tahun ini dibanding tahun sebelumnya, itu bahkan jauh lebih cepat dibanding tahun-tahun sebelumnya, padahal based angka tahun sebelumnya lebih kecil,” terang Brian.
Brian memandang, pertumbuhan ini akan berdampak pada tahun-tahun berikutnya.
“Melalui data makro yang kami peroleh, pandemi ini membuat terjadinya percepatan, yang tadinya sudah cepat, makin cepat,” jelas Brian.
Dari sisi produk kata Brian, pada awal pandemi produk terkait sanitasi, misalnya hand sanitizer, melonjak luar biasa. Bahkan, sampai kuartal ketiga permintaan terhadap produk tersebut masih tinggi, meskipun angka tidak melonjak seperti pada kuartal pertama ke kuartal kedua.
Sementara, terkait perilaku pengguna e-commerce, riset Sirclo menunjukkan bahwa sekitar 20 persen atau 1 dari 5 orang yang berbelanja online, melakukan belanja online sebanyak 9 kali per bulan atau sebanyak dua kali dalam sepekan.
Pengguna e-commerce sebanyak 58 persen adalah perempuan. Di sisi lainnya, konsumen pria juga tidak kalah banyak, yaitu 42 persen.
“Sekarang semua orang sudah berbelanja online, tidak lagi kontras secara gender,” kata Brian.
Secara medium, smartphone terus melaju cepat mendominasi transaksi online. Sebanyak 95 persen pengguna saat ini berbelanja melalui smartphone. Ini ditambah fakta bahwa akses internet saat ini lebih banyak dilakukan melalui smartphone, sementara lebih dari 90 persen berbelanja di marketplace.
Sejak dua hingga tiga tahun terakhir, marketplace memang telah mendominasi sebagai jalur atau kanal utama orang berbelanja online di Indonesia.
Pada peringkat selanjutnya, setelah marketplace, sebanyak 51 persen pengguna e-commerce memilih kanal website untuk berbelanja online, dan 44 persen memilih menggunakan jalur media sosial.
“Dari semua orang yang berbelanja online itu sudah kurang dari setengahnya yang berbelanja dari jalur atau kanal yang bisa dibilang bukan kanal e-commerce sesungguhnya, seperti melalui Instagram, WhatsApp,” tandas Brian. (ATN)
Discussion about this post