ASIATODAY.ID, JAKARTA – Tiga Menteri di ASEAN bertemu di Batam dalam agenda Pertemuan Tingkat Menteri Indonesia – Malaysia – Thailand Growth Triangle atau IMT-GT ke-29, pada Jumat (29/9/2023).
Menteri Koordinator Perekonomian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto menuturkan bahwa dalam pertemuan IMT-GT telah membahas berbagai isu strategis guna menghadapi tantangan ke depan, mulai dari upaya IMT-GT untuk lebih agresif dan responsif dalam memanfaatkan peluang, percepatan adopsi dan transformasi ekonomi hijau dan ekonomi biru, modernisasi dan hilirisasi karet dan kelapa sawit, pengembangan industri berbasis digital, industri kreatif, produk dan jasa halal, dan pariwisata yang terintegrasi, hingga penguatan sinergi anggota IMT-GT.
“IMT-GT memiliki visi untuk menjadi kawasan yang terintegrasi, inovatif, inklusif, hijau, berkelanjutan di tahun 2036. Dengan tumbuhnya economic corridor di kawasan IMT-GT diharapkan bisa memperkuat Selat Malaka, dan tentunya untuk tourism dimana tourism menjadi salah satu andalan IMT-GT,” jelas Airlangga.
Airlangga menjelaskan, Pendapatan Domestik Bruto di kawasan telah menunjukkan kenaikan yang sigfinikan dari US$20 miliar pada tahun 1993 menjadi US$405.7 miliar di tahun 2021. Total perdagangan dan investasi kawasan yang terus tumbuh, masing-masing dengan nilai total US$727 miliar dan US$20.1 USD pada tahun 2022.
“Meski sempat melambat saat terjadinya pandemi Covid-19, sektor pariwisata di kawasan juga mampu kembali bangkit dan terus tumbuh secara signifikan,” jelas Airlangga.
Sejalan dengan pernyataan Menko Airlangga, Menteri Ekonomi Malaysia Rafizi Ramli juga meyakini bahwa IMT-GT merupakan kerja sama yang penting untuk dapat meningkatkan kesatuan negara sub-kawasan dalam memperkuat ekonomi masyarakat melalui kolaborasi di berbagai industri dan komoditas, terlebih saat ini negara sub-kawasan akan dihadapkan dengan berbagai tantangan ekonomi global.
Sementara, Wakil Menteri Keuangan Thailand Julapun Amornvivat juga menambahkan bahwa pertemuan tersebut juga didorong untuk dapat menghasilkan outcome yang konkret. Kerja sama IMT-GT sendiri juga terus berupaya memberikan guideline dalam meningkatkan koridor ekonomi hingga implementasi ekonomi biru.
Dalam kesempatan tersebut, Wamen Julapun juga menyampaikan apresiasi atas Keketuaan Indonesia dalam PTM IMT-GT ke-29 tersebut.
Dalam pertemuan terakhir dari rangkaian Pertemuan Tingkat Menteri IMT-GT ke-29 yang dilaksanakan pada tanggal 26 s.d 29 September 2023 tersebut, turut dihadiri antara lain oleh Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso, Deputi VI Kemenko Perekonomian Wahyu Utomo, Plt. Deputi III Kemenko Perekonomian Elen Setiadi, Deputi VII Kemenko Perekonomian Edi Prio Pambudi, Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto, Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad, Perwakilan Asian Development Bank Mr. Winfried Wicklein, dan Perwakilan ASEAN Secretariat Ms. Kanchana Wanichkorn.
Joint Business Council (JBC)
Selain pertemuan Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT), berlangsung juga pertemuan Joint Business Council (JBC) yang menghadirkan perwakilan kalangan enterpreneur di kawasan IMT-GT.
Dipimpin oleh 3 orang perwakilan Kamar Dagang dari setiap negara yakni Sjahran Kurnia Ramadhan Harahap (Indonesia), Datuk Muhadzir B. Mohd Isa (Malaysia), dan Panitam Pavarolavidya (Thailand), JBC bertujuan untuk membuka peluang kerja sama perdagangan dan investasi secara langsung dengan konsep Business to Business.
Selain itu, JBC juga gencar menyampaikan masukan dan gagasan proyek kepada IMT-GT agar kegiatan JBC dapat sejalan dengan kebijakan yang dirancang oleh Pemerintah di sub kawasan IMT-GT.
Saat ini, JBC memiliki berbagai proyek kerja sama pada sektor pariwisata, konektivitas, bio-economy, digitalisasi, dan pemanfaatan kawasan ekonomi khusus serta capacity building. Masyarakat diharapkan dapat turut ambil bagian dalam implementasi berbagai kerja sama ini antara lain melalui social-eco housing untuk mendukung pengembangan kota yang bebas dari sampah plastik melalui kegiatan plastic recycle.
Salah satu proyek konkret JBC adalah pengembangan Kuala Tanjung Industrial Estate yang terintegrasi dengan terminal multi-purpose Kuala Tanjung.
Lebih lanjut, Kuala Tanjung Industrial Estate melayani konsultasi bidang manajemen operasional dan pemeliharan kawasan industri, jasa pembangunan dan pengelolaan kawasan industri, sewa kawasan industri dan jasa pengolahan limbah.
Ke depan, JBC akan memperluas area kerja sama termasuk penguatan sektor lingkungan, melalui energi terbarukan, lampu jalan beraliran tenaga matahari, dan Combined Cycle Power Plant. Perluasan sektor kerja sama tersebut akan berdampak terhadap ketersediaan sumber energi yang bisa dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis kecil dan menengah.
Dalam kesempatan tersebut disepakati pula Memorandum of Understanding (MoU) untuk membentuk sekretariat bersama guna mendukung kerja sama yang komprehensif antar pelaku bisnis di berbagai sektor di sub-kawasan IMT-GT. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post