• Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak
AsiaToday.id
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
AsiaToday.id
No Result
View All Result

Suhu Dingin Ekstrem, Ribuan Penyu Terdampar di Pesisir Texas, AS

Redaksi Asiatoday by Redaksi Asiatoday
February 19, 2021
in Sains & Lingkungan
2 min read
0
Suhu Dingin Ekstrem, Ribuan Penyu Terdampar di Pesisir Texas, AS

Ribuan penyu dievakuasi di pusat konservasi di Texas, Amerikas Serikat (AS) Foto : Khou

2.4k
SHARES
2.4k
VIEWS
59 / 100
Powered by Rank Math SEO

ASIATODAY.ID, AUSTIN – Perubahan iklim global memicu terjadinya suhu dingin ekstrem di wilayah Texas. Selain menimbulkan penderitaan bagi warga, suhu dingin juga mengakibatkan ribuan ekor penyu terdampar di pantai Pulau Padre Selatan, lepas pantai selatan Texas, Amerika Serikat (AS).

Melansir Reuters, Kamis (18/2/2021), para relawan telah membawa sekitar 4.700 penyu itu ke pusat konservasi. Di sana, ribuan penyu itu disimpan di dalam bak dan kandang sebelum akhirnya nanti dilepaskan saat air lebih hangat.

“Ini peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Wendy Knight, direktur eksekutif pusat penelitian dan konservasi Sea Turtle Inc, yang memimpin upaya tersebut.

RelatedPosts

Indonesia Dikecam Malaysia dan Singapura Akibat Asap Karhutla

Jerman Gelontorkan Rp41,25 Triliun untuk Indonesia Bangun Infrastruktur Hijau

Ilmuwan Temukan ‘Gliese’, Planet Mirip Bumi yang Cocok untuk Studi

Atasi Pemanasan Global, Pemerintah di Dunia harus Tingkatkan Dana Emisi Karbon

Mencari Inovator SDGs, SEED Awards 2021 Kembali Digelar

Knight mengatakan biasanya hanya 100 hingga 500 ekor penyu yang terdampar di pantai di Texas selatan setiap musim dingin.

Jutaan orang Texas telah dibiarkan tanpa panas karena pemadaman energi dalam keadaan yang dipicu oleh musim dingin. Suhu udara dan air turun jauh di bawah rata-rata biasanya.

Rekaman video oleh Ed Caum, direktur eksekutif Biro Pengunjung dan konservasi Pulau Padre Selatan, menunjukkan para sukarelawan dengan hati-hati menempatkan penyu di troli. Dalam waktu singkat, lantai pusat konservasi yang dipenuhi kura-kura dalam berbagai bentuk dan ukuran.

Caum menyebut penyu-penyu itu mengalami “cold-stun” – suatu kondisi di mana hewan berdarah dingin tiba-tiba menunjukkan reaksi hipotermia seperti kelesuan dan ketidakmampuan untuk bergerak ketika suhu di lingkungan sekitar turun.

“Kami telah membawa penyu-penyu itu ke pusat konservasi untuk mendapatkan suhu aslinya kembali,” kata Caum, lewat salah satu video.

Hentikan Perangi Alam

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres meminta tindakan global untuk menghentikan “perang bunuh diri yang tidak masuk akal dengan melawan alam”. Pada Kamis (18/2), Guterres mengajak semua orang ikut mengatasi gangguan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi.

“Saya ingin menjelaskan, tanpa bantuan alam, kita tidak akan berkembang atau bahkan bertahan hidup. Sudah terlalu lama, kita telah melancarkan perang yang tidak masuk akal dan bunuh diri terhadap alam. Hasilnya adalah tiga krisis lingkungan yang saling terkait: gangguan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi yang mengancam kelangsungan hidup kita sebagai spesies,” katanya dalam konferensi pers untuk peluncuran laporan Program Lingkungan PBB, “Berdamai dengan Alam.”

Guterres mengatakan kesejahteraan manusia terletak pada perlindungan kesehatan planet. Oleh karena itu, manusia perlu mengevaluasi kembali dan mengatur ulang hubungan dengan alam.

“Manusia mengeksploitasi secara berlebihan dan merusak lingkungan di darat dan laut. Atmosfer dan lautan telah menjadi tempat pembuangan limbah. Pemerintah masih membayar lebih untuk mengeksploitasi alam daripada melindunginya. Secara global, negara-negara membelanjakan sekitar USD4 triliun hingga USD6 triliun setahun untuk subsidi yang merusak lingkungan,” jelasnya.

Guterres mengatakan krisis iklim, keanekaragaman hayati dan polusi yang saling terkait membutuhkan tindakan segera dari seluruh masyarakat – dari pemerintah, tetapi juga dari organisasi internasional, bisnis, kota dan individu.

“Laporan tersebut menunjukkan bahwa ekonomi global telah tumbuh hampir lima kali lipat dalam lima dekade terakhir, tetapi dengan biaya yang sangat besar bagi lingkungan global,” katanya.

Bumi sedang mengalami pemanasan global lebih dari 3 derajat Celcius abad ini. Beban tersebut jatuh secara tidak proporsional pada perempuan, yang mewakili 80 persen dari mereka yang mengungsi akibat gangguan iklim.

Lebih dari 1 juta dari perkiraan 8 juta spesies tumbuhan dan hewan di planet ini berada dalam risiko kepunahan. Penyakit yang disebabkan oleh polusi udara menyebabkan sekitar 6,5 juta kematian dini setiap tahun. Air yang tercemar membunuh 1,8 juta lebih, terutama anak-anak. Sementara itu, 1,3 miliar orang tetap miskin dan sekitar 700 juta orang masih kelaparan.

“Satu-satunya jawaban adalah pembangunan berkelanjutan yang meningkatkan kesejahteraan manusia dan planet ini,” tandasnya. (ATN)

Tags: BiodiversityClimate ChangeClimate CrisisPerubahan IklimUnited Nations Framework Convention on Climate Change
Previous Post

Pacu Ekspor ke Eropa, Indonesia Bangun Pusat Distribusi di Hungaria

Next Post

Ratusan Kapal Tanker Bergerak Ke China, Angkut 250 Juta Barel Minyak

Related Posts

Indonesia Sambut Terbuka Investor Eropa
Sains & Lingkungan

Jerman Gelontorkan Rp41,25 Triliun untuk Indonesia Bangun Infrastruktur Hijau

March 6, 2021
Tekan Emisi Karbon, Indonesia Hadapi 5 Tantangan Besar
Sains & Lingkungan

Atasi Pemanasan Global, Pemerintah di Dunia harus Tingkatkan Dana Emisi Karbon

March 4, 2021
Ilmuwan Temukan Kembali Fosil Cumi-cumi Vampir Berusia 30 Juta Tahun
Sains & Lingkungan

Ilmuwan Temukan Kembali Fosil Cumi-cumi Vampir Berusia 30 Juta Tahun

March 1, 2021
Potensi Dampak Finansial dari Risiko Terkait Hutan di Indonesia Capai USD10 Miliar
Sains & Lingkungan

CDP Dorong Perbankan di Asia Tenggara Jadi Pioner Perubahan Iklim dan Hutan

February 25, 2021
Misi Keberlanjutan Global, Ajinomoto Indonesia Kurangi 75 Ribu Ton CO2 pada 2028
Sains & Lingkungan

Misi Keberlanjutan Global, Ajinomoto Indonesia Kurangi 75 Ribu Ton CO2 pada 2028

February 25, 2021
Korban Tewas Akibat Terjangan Topan Phanfone Capai 41 Orang
News

Mitigasi Badai Tropis, Filipina Evakuasi Cepat Ribuan Penduduk

February 21, 2021
Next Post
Ratusan Kapal Tanker Bergerak Ke China, Angkut 250 Juta Barel Minyak

Ratusan Kapal Tanker Bergerak Ke China, Angkut 250 Juta Barel Minyak

Discussion about this post

No Result
View All Result

Terbaru

  • Indonesia Siap Ratifikasi C188: Work in Fishing Convention
  • Indonesia Berambisi Kuasai 50 Persen Pasar Lobster Internasional
  • AS Kecam Rencana China Ubah Sistem Elektoral Hong Kong
  • China Tambah Anggaran Pertahanan hingga Rp2.992 Triliun
  • Tesla Gandeng Tambang Nikel Kaledonia Baru untuk Bahan Baku Baterai
AsiaToday.id

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.

Navigate Site

  • Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.