ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia menduduki peringkat keempat negara yang memiliki pemimpin perempuan terbanyak di dunia dengan persentase sebanyak 37 persen.
Namun sayangnya, hampir 90 persen laki-laki dan perempuan memiliki semacam bias terhadap perempuan. Hal ini berdasarkan data dari The Gender Social Norms Index, UNDP, 2020.
Eksekutif Direktur Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) Maya Juwita mengungkapkan, secara alamiah perempuan memiliki power dengan ciri yang berbeda dengan laki-laki sehingga kontribusinya dapat memberikan nilai tambah bagi tempat mereka bekerja.
“Konsep empowerment yang dibutuhkan sebenarnya bukanlah untuk diberi kekuatan melainkan untuk diberi kesempatan, dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika laki-laki berpikir lebih seperti perempuan,” kata Maya dalam keterangan pers diterima Rabu (28/4/2021).
Sementara itu, Aria Widyanto selaku Chief Risk & Sustainability Officer of Amartha juga menjelaskan peran laki-laki diperlukan guna mendukung kontribusi perempuan di lingkungan kerja.
”Berbagai macam definisi dan perdebatan tentang kesetaraan gender. Namun ada satu elemen fundamental dalam menciptakan masyarakat yang adil yaitu melalui peningkatan kemampuan perempuan, dan laki-laki berkontribusi signifikan terhadap pencapaiannya,” jelas Aria.
Sementara itu, Hilda Kosasih selaku Partnership Lead of Indonesia Women League mengatakan terkait dengan bagaimana perempuan dapat meningkatkan kesetaraan gender di tempat kerja, nyatanya memang harus dimulai dari diri sendiri dan akan lebih baik jika saling memberikan dukungan antar sesama perempuan. Ada banyak perempuan di sekitar yang mungkin saja ragu dengan potensi diri, padahal mereka memiliki ambisi yang kuat untuk maju.
“Yang sebenarnya mereka butuhkan adalah support langsung dari kita dengan cara selalu ada, mendengarkan ide, hargai kekuatan mereka, dan perkuat suara mereka. Akan ada dampak luar biasa dari beberapa kata penyemangat bagi orang lain” jelas Hilda.
Laporan World Economic Forum (WEF) 2020 menunjukkan skor Kesenjangan Gender Global (berdasarkan jumlah penduduk) berada pada posisi 68,6 persen. Artinya, masih ada 31,4 persen kesenjangan yang menjadi pekerjaan rumah bersama masyarakat global.
Sedangkan di Indonesia, menurut WEF berada pada peringkat 85 dalam urusan gender gap. Sementara menurut data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Pemberdayaan Gender dengan alat ukur menempatkan perempuan sebagai tenaga profesional di Indonesia pada tahun 2019 masih berada pada kisaran antara 35 persen hingga 55 persen.
Vinsensius Lyman selaku Growth Lead of Glints menjelaskan kepemimpinan seringkali diartikan sebagai aktivitas manusia yang tergenderisasi, karena terdapat gaya kepemimpinan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Dimensi kesetaraan gender sangat dibutuhkan guna memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai interaksi personal, kepemimpinan dan kemanusiaan terutama dalam ruang lingkup pekerjaan.
Memahami hal tersebut, Glints, platform pengembangan karier dan rekrutmen terbesar di Asia Tenggara, menghadirkan kampanye ‘GEC Spirit of Kartini’ yang diisi dengan berbagai rangkaian kegiatan positif untuk mewujudkan semangat Kartini dengan memberikan kesempatan belajar untuk siapa saja bersama Glints ExpertClass.
Tidak hanya itu, dengan adanya penerapan kesetaraan gender di lingkungan kerja dapat memaksimalkan produktivitas serta inovasi bagi karyawan yang dapat mendorong kesuksesan bisnis.
“Kampanye tersebut tidak hanya memperingati momentum Hari Kartini, tetapi juga melanjutkan upaya R.A Kartini untuk mewujudkan kesempatan yang sama rata bagi semua orang, karena kami percaya bahwa siapapun berhak mendapatkan akses yang lebih mudah untuk belajar guna meningkatkan kemampuan diri,” imbuhnya. (ATN)
Discussion about this post