ASIATODAY.ID, JAKARTA – Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia menjadi 5,2 persen dari sebelumnya 5,4 persen di 2019. Proyeksi ini seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan India.
“Pertumbuhan di kawasan Asia pada 2019 dan 2020 berada pada kisaran 5,2 persen atau turun dari perkiraan September 5,4 persen dan 5,5 persen,” kata Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada dalam keterangannya di Jakarta, yang diterima Kamis (12/12/2019).
Menurut Yasuyuki, ketegangan perdagangan antara Tiongkok dan AS masih menjadi faktor perlambatan ekonomi di Asia. Investasi domestik di kawasan turut terdampak oleh meredupnya sentimen bisnis.
“Ketegangan perdagangan yang terus berlangsung menyulitkan kawasan ini dan masih menjadi risiko terbesar terhadap proyeksi ekonomi dalam jangka yang lebih panjang,” jelasnya.
Yasuyuki menjelaskan, ekonomi Tiongkok juga dipangkas turun dari 6,2 persen menjadi 6,1 persen pada tahun ini. Kemudian pertumbuhan ekonomi di 2020 turun dari 6,0 persen menjadi 5,8 persen.
Penurunan proyeksi ini dilatarbelakangi oleh keberlanjutan perang dagang, perlambatan aktivitas global serta melemahnya permintaan domestik.
“Pada September ADB memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 6,2 persen pada 2019 dan 6,0 persen pada 2020,” urai Yasuyuki.
Sementara itu, kawasan Hong Kong diramal mengalami tekanan berat akibat resesi dan aksi protes besar-besaran. Kondisi ini akan berlanjut hingga 2020 dengan perkiraan ekonomi Hong Kong hanya tumbuh 0,3 persen.
Meski ekonomi Asia mengalami kontraksi, ADB percaya ekonomi Indonesia akan jauh lebih baik dari banyak negara yang mengalami penurunan ekspor seperti Singapura dan Thailand.
“Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 dan 2020 masing-masing sebesar 5,1 persen dan 5,2 persen,” tandasnya.
,’;\;\’\’
Discussion about this post