ASIATODAY.ID, BEIJING – China merespon gejolak yang saat ini terjadi di Amerika Serikat (AS).
China menyindir Amerika Serikat yang tengah sibuk menangani gelombang unjuk rasa kematian George Floyd. Sindiran disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying melalui Twitter.
“Saya tidak bisa bernapas,” tulis Hua, mengutip kembali kata-kata terakhir Floyd saat lehernya ditindih seorang polisi di Minneapolis.
Sindiran dilayangkan untuk membalas kritikan AS terhadap respons China dalam menangani gelombang protes pro-demokrasi di Hong Kong. AS menuding China bertindak sewenang-wenang dalam membungkam aksi para pengunjuk rasa di Hong Kong.
Dengan mengutip kata-kata terakhir Floyd, China ingin menunjukkan bahwa AS menerapkan standar ganda dalam penanganan gelombang unjuk rasa di seantero Negeri Paman Sam.
Jubir lainnya dari Kemenlu China, Lijian Zhao, me-retweet sejumlah komentar dan laporan seputar unjuk rasa Floyd. Salah satunya adalah pernyataan dari wakil duta besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang menuding AS menerapkan standar ganda.
“Mengapa AS mengecam hak China untuk mengembalikan ketertiban di Hong Kong, sementara AS sendiri secara brutal membubarkan massa di negaranya sendiri?” tulis Dmitry Polyanskiy, melansir Guardian, Senin (1/5/2020).
Media nasional China juga turut menyindir dan mengkritik respons AS terhadap gerakan protes Floyd.
“Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi pernah berkata bahwa aksi protes di Hong Kong merupakan ‘sebuah pemandangan indah.’ Sekarang politisi AS dapat menikmati pemandangan tersebut dari jendela mereka sendiri,” sebut Hu Xijin, pemimpin redaksi tabloid Global Times.
Dalam serangkaian tulisan di Twitter, Hu menuding AS sebagai negara munafik.
“Tuan Presiden (Donald Trump), jangan bersembunyi di balik Secret Service. Berbicaralah dengan para demonstran secara serius. Coba bernegosiasi dengan mereka, seperti saat Anda mendesak Beijing berbicara dengan para perusuh di Hong Kong,” tulisnya. (ATN)
Discussion about this post