ASIATODAY.ID, WASHINGTON – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengecam China yang menahan seorang taipan pro-demokrasi Hong Kong, Jimmy Lai.
Menurut Pompeo, penahanan Lai merupakan salah satu indikasi China tidak akan mengubah posisinya terhadap isu Hong Kong.
Jimmy Lai ditahan di bawah Undang-Undang Keamanan Hong Kong, dengan tuduhan telah berkolusi dengan pasukan asing. UU kontroversial tersebut telah diterapkan China di Hong Kong pada 30 Juni lalu, yang memicu kecaman luas dari sejumlah negara Barat.
“Lai adalah seorang patriot yang hanya ingin melakukan hal-hal baik untuk masyarakat Hong Kong,” kata Pompeo dalam konferensi Conservative Political Action Conference.
“Saya tidak optimistis saat melihat apa yang terjadi di Hong Kong. China tidak akan mengubah perbuatan mereka,” sambungnya, dilansir dari Al Jazeera, Selasa (11/8/2020).
Selain Lai, dua ajudan taipan media tersebut juga ditangkap. Seroang produser televisi dan satu anggota gerakan pro-demokrasi, Agnes Chow, juga bernasib sama. Perusahaan media Lai, termasuk surat kabar Apple Daily, juga digerebek Kepolisian Hong Kong.
Hong Kong merupakan satu dari sejumlah isu yang memicu ketegangan antara AS dan China. Salah satu pemicu lainnya adalah TikTok, aplikasi populer dari perusahaan asal China.
Pompeo menyebut aplikasi tersebut merupakan sebuah ancaman terhadap keamanan nasional AS.
“AS menyadari bahwa perusahaan-perusahaan ini termasuk TikTok digunakan untuk kepentingan keamanan nasional China,” sebutnya dalam sebuah wawancara bersama Newsmax. Ia tidak menyodorkan bukti apapun atas tudingan tersebut.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan rencana pelarangan transaksi AS dengan perusahaan pemilik TikTok dan juga aplikasi bertukar pesan WeChat.
Berbahaya
Sementara itu, Juru bicara Kantor Urusan Hong Kong dan Makau menyebutkan Jimmy dianggap sebagai perwakilan orang-orang ‘anti-China’. Dia dinilai membahayakan keamanan nasional.
Jimmy dan aktivis pro-demokrasi Hong Kong lain dianggap berbahaya dan harus segera disingkirkan agar perdamaian di sana dapat tercipta.
“Dia dengan sombong meminta orang-orang berjuang untuk Amerika Serikat, berpartisipasi dalam perencanaan, pengorganisasian, dan pemicu serangkaian protes ilegal,” seru juru bicara tersebut.
Xinhua pada Selasa, 11 Agustus 2020 melaporkan Jimmy dituding mendana gerakan pro-kemerdekaan. Dia juga dituduh menggunakan media miliknya, Apple Daily, untuk menyebarkan rumor serta memicu kekerasan.
Surat kabar Apple Daily Hong Kong telah berjanji untuk ‘terus berjuang’ setelah penangkapan sang pemilik. Dalam penggambaran luar biasa, Jimmy diborgol dan dibawa melalui ruang redaksi saat hampir 200 petugas polisi menggerebek gedung tersebut.
Aktivis pro-demokrasi itu termasuk di antara 10 orang yang ditangkap dengan tuduhan berkolusi dengan pasukan asing.
Penangkapannya memicu kecaman global. Layanan Aksi Eksternal Eropa (EEAS) termasuk ikut mengecam penangkapan Jimmy.
EEAS mengatakan, penangkapan Lai “semakin memperburuk kekhawatiran bahwa UU Keamanan Nasional (Hong Kong) memang digunakan untuk meredam kebebasan berekspresi dan media di Hong Kong.” (ATN)
Discussion about this post