ASIATODAY.ID, JAKARTA – Negara Super Power Amerika Serikat (AS) kini terancam lumpuh akibat dicengkram pandemi global wabah coronavirus (Covid-19).
Saat ini, jumlah kasus virus corona (Covid-19) di negeri itu telah melampaui China, basis pertama penyebaran wabah coronavirus. Amerika bahkan kini menjadi negara yang paling banyak terinfeksi wabah covid-19 di seluruh dunia.
Merujuk data www.worldometers.info, jumlah kasus virus Covid-19 di Negeri Paman Sam sudah menembus angka 82.206 kasus hingga Jumat pagi (27/3/2020), setelah melonjak 14.995 kasus dalam 24 jam terakhir.
China menyusul di belakang AS dengan 81.285 total kasus, bertambah 67 kasus dari hari sebelumnya. Sementara itu, Italia berada di tempat ke tiga dengan 80.589 kasus dan bertambah 6.203 dalam 24 jam terakhir.
Secara jumlah korban jiwa, Italia mencatatkan jumlah korban terbesar yang mencapai 8.215 setelah melonjak sebanyak 712, disusul oleh Spanyol yang mencatatkan 4.365 korban meninggal dunia dan China dengan total 3.287 korban.
Virus ini juga telah menjalar ke 199 negara di dunia dengan total jumlah kasus mencapai 529.135 dan 23.967 angka kematian. Dari jumlah tersebut, 123.380 orang dinyatakan berhasil sembuh, sedangkan 381.788 pasien masih terinfeksi, dengan 19.506 di antaranya dalam kondisi serius atau kritis.
Tingginya kasus di AS didorong oleh lonjakan besar di New York yang mencatatkan 4.772 kasus, menjadikan total kasus yang dikonfirmasi di negara bagian tersebut menjadi 37.738, atau hampir setengah dari total kasus di AS.
3,28 Juta Menganggur
Bank sentral AS turut memberi komentar terkait kondisi ekonomi dan angka pengangguran di Amerika Serikat.
Amerika Serikat “mungkin dalam resesi”, tetapi kemajuan dalam mengendalikan penyebaran virus corona akan menentukan kapan ekonomi dapat sepenuhnya dibuka kembali, kata Gubernur Bank Sentral AS (The Fed), Jerome Powell dalam sebuah wawancara televisi NBC’s Today Show.
Powell berbicara sekitar satu jam sebelum data federal menunjukkan lonjakan rekor klaim pengangguran menjadi 3,28 juta orang.
Dia mengatakan hal itu terjadi sebagai bukti bahwa “jarak sosial” untuk melawan pandemi telah terjadi.
“Ini akan mengakhiri ekspansi ekonomi negara AS selama lebih dari satu dekade,” ujarnya.
Sementara itu, rumah sakit di AS dilaporkan semakin kewalahan dengan kasus corona dan sebanyak 100 orang meninggal sehari terakhir.
Sedangkan sebanyak 40 persen warga AS saat ini berada di bawah perintah penguncian untuk mencegah penyebaran penyakit.
Akibat angka kematian yang terus meningkat, para ahli mengatakan jumlah kasus sebenarnya bisa jauh lebih tinggi daripada angka resmi karena kekurangan alat pemeriksaan kesehatan. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post