ASIATODAY.ID, RIYADH – Arab Saudi akan membahas opsi perpanjangan jangka waktu deposit senilai US$3 miliar atau setara Rp 43,7 triliun di bank sentral Pakistan.
Menurut pernyataan bersama Pangeran Mohammed Bin Salman dan Perdana Menteri baru Pakistan, Shehbaz Sharif, opsi tersebut akan membantu ekonomi Islamabad yang goyah.
Dalam beberapa tahun terakhir, Arab Saudi telah memberi Pakistan dukungan sebesar US$ 4,2 miliar atau Rp 61,2 triliun dalam bentuk pinjaman US$3 miliar yang disimpan di bank sentral serta US$ 1,2 miliar atau Rp 17,4 triliun dalam pembayaran minyak yang ditangguhkan untuk meningkatkan cadangan devisanya.
Cadangan devisa negara yang kekurangan uang itu jatuh di bawah US$ 11 miliar atau Rp 160 triliun bulan lalu.
“Kerajaan Arab Saudi menegaskan dukungan terus-menerus untuk Pakistan dan ekonominya, termasuk diskusi untuk menambah deposit US$3 miliar dengan bank sentral melalui perpanjangan jangka waktu atau sebaliknya,” kata pernyataan bersama yang dikeluarkan pada hari Minggu (1/5/2022), dilansir dari Aljazeera.
Tanda dukungan terbaru mengikuti kunjungan ke Arab Saudi oleh Perdana Menteri baru Pakistan Shehbaz Sharif, yang telah mewarisi utang nasional yang melumpuhkan, inflasi yang tinggi dan rupee yang lemah.
Arab Saudi juga berjanji untuk lebih meningkatkan pembiayaan produk minyak bumi pada saat negara Asia Selatan sering mengalami pemadaman listrik.
Negara Teluk telah lama menjadi sumber bantuan keuangan reguler bagi pemerintah berturut-turut.
“Pakistan sangat menghargai dukungan berkelanjutan Kerajaan kepada Pakistan,” cuit Sharif, seraya menambahkan bahwa pernyataan bersama itu mengantar era baru kerja sama yang erat antara kedua negara.
Pernyataan itu muncul setelah pembicaraan baru-baru ini antara Pakistan dan Dana Moneter Internasional (IMF) mengenai pelepasan dana di bawah program bantuan US$ 6 miliar atau Rp 87,4 triliun yang terhenti karena kekhawatiran tentang laju reformasi.
“Bantuan keuangan kecil yang bisa kami dapatkan dari negara mana pun akan membantu kami mengingat kondisi ekonomi kami. Tapi sampai kapan kita akan menjalankan ekonomi kita dengan pinjaman? Kebijakan ini tidak akan berhasil bahkan untuk lima tahun ke depan,” kata Kaiser Bengali, seorang ekonom veteran.
Menteri Keuangan Pakistan Miftah Ismail, yang telah tinggal di Arab Saudi untuk “pembicaraan tingkat teknis”, mendarat kembali di Pakistan pada Minggu malam.
Perdana Menteri Pakistan Sharif juga bertemu dengan Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja sama Islam (OKI) Hissein Ibrahim Taha selama kunjungannya.
Berbagai masalah yang dihadapi dunia Islam menjadi agenda, termasuk situasi di Palestina, Afghanistan, dan Kashmir yang dikelola India.
Sharif juga melakukan perjalanan ke Uni Emirat Arab, tempat ia mengadakan pembicaraan dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan.
Sharif terpilih sebagai perdana menteri Pakistan pada 11 April, menggantikan Imran Khan, yang digulingkan dalam mosi tidak percaya parlemen. (ATN)
Discussion about this post