ASIATODAY.ID, JAKARTA – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia menyatakan degradasi hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito di Kalimantan Selatan (Kalsel) sudah capai 62,8 persen dalam kurun waktu 29 tahun.
“Jika diperhatikan dari 1990-2019 penurunan luas hutan alam sebesar 62,8 persen. Paling besar terjadi antara 1990-2000, 55,5 persen,” jelas Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Karliansyah melalui konferensi video, Selasa (19/1/2021).
DAS Barito mencangkup empat provinsi, yakni Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat.
Luas wilayah DAS Barito di Kalsel mencapai 1,8 juta hektare. Hanya 15 persen yang merupakan area hutan alam dan 3,2 persen hutan tanaman. Sementara itu, 81,8 persen lainnya tidak berhutan dan diisi pertanian lahan kering campur semak, sawah, dan perkebunan.
Luas kawasan hutan alam di DAS Barito Kalsel pada 1990 mencapai 737.758 hektare. Namun luas hutan terus menyusut menjadi 274.277 hektare pada 2019.
Menurut Karliansyah, pihaknya telah meminta sekitar 20 perusahaan di sekitar DAS Barito untuk mempercepat rehabilitasi.
“Perusahaan yang masuk daftar kami lebih dari 20 dan sudah diperintahkan untuk mempercepat rehabilitasi DAS,” terangnya.
Secara keseluruhan, 511 ribu hektare lahan di Kalsel dinyatakan dalam kondisi kritis. Sekitar 200 ribu hektare berada dalam kawasan hutan, dan sekitar 300 ribu hektare di luar kawasan hutan.
Karliansyah menegaskan pihaknya akan segera melakukan intervensi dengan penanaman, rehabilitasi, dan perbaikan lahan yang rusak di wilayah lahan berstatus kritis tersebut.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito kian mengalami degradasi.
Jokowi menilai, banjir di Kalimantan Selatan adalah sebuah fenomena yang tidak pernah terjadi dalam 50 tahun terakhir. Banjir disebabkan luapan Sungai Barito akibat curah hujan yang tinggi, sehingga debit air tak mampu ditampung lagi oleh Sungai.
“Mungkin sudah lebih dari 50 tahun tidak terjadi banjir di Provinsi Kalimantan Selatan, curah hujan yang sangat tinggi hampir 10 hari berturut sehingga mengakibatkan Sungai Barito tak mampu lagi menampung debit air dan meluap ke 10 kabupaten,” kata Jokowi di Jembatan Mataraman, Kalimantan Selatan, saat jumpa pers daring, Senin (18/1/2021).
Jokowi mengungkapkan, curah hujan yang turun sangat tinggi. Tercatat dalam 10 hari berturut-turut hujan menurunkan 2,1 miliar kubik air. Padahal, daya tampung Sungai Barito diketahui sebatas 230 juta meter kubik.
“Sehingga memang tidak bisa dicegah dan meluap di 10 kabupaten dan kota. Saya hanya ingin memastikan ke lapangan,” ujar Jokowi.
Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, sebanyak 10 Kabupaten/Kota terdampak banjir di Provinsi Kalimantan Selatan, antara lain Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kota Banjar Baru, Kota Tanah Laut, Kota Banjarmasin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, Kabupaten Tabalong, Kabupataen Hulu Sungai Selatan, dan Kabupaten Batola . Hal ini berdasarkan data terakhir yang dihimpun pada 17 Januari 2021 pukul 14.00 WIB. (ATN)
Discussion about this post