ASIATODAY.ID, JAKARTA – Amerika Serikat (AS) sedang menyiapkan aturan untuk mengontrol ekspor ke China.
Menteri Perdagangan AS, Gina Raimondo mengatakan bahwa pemerintahan Biden berusaha secara hati-hati dalam memberlakukan aturan ini.
Pasalnya, aturan ini akan membebani pendapatan perusahaan.
Raimondo mengatakan bahwa pembatasan tersebut seharusnya tidak begitu luas hingga menekan keuntungan perusahaan-perusahaan AS, dan China dapat memperoleh produk dari tempat lain.
“[Aturan-aturan ini] akan menekan sebagian pendapatan dari perusahaan-perusahaan Amerika, tetapi kami pikir itu sepadan,” jelasnya.
Raimondo juga mengatakan bahwa pemerintah sedang bertemu dengan perusahaan-perusahaan, agar perusahaan mendapatkan tempat yang tepat, sehingga tidak merusak bisnis AS namun secara terus terang melindungi keamanan nasional Amerika.
Ia juga menegaskan bahwa hal ini bukan mengenai menahan China atau menyangkal teknologi komoditas negara perekonomian terbesar kedua tersebut.
“[China menginginkan akses ke teknologi paling canggih AS] untuk memajukan militer mereka dan kami tidak akan mengizinkan itu,” jelasnya, seperti dikutip Reuters, Kamis (27/7).
Menurut Asosiasi Industri Semikonduktor, China menyumbang US$180 miliar atau setara Rp2,705 triliun pembelian semikonduktor. Jumlah ini mencapai sepertiga dari total nilai transaksi global sebesar US$574,1 miliar.
Nvidia, Qualcomm, dan Intel memiliki penjualan yang penting di China. Qualcomm juga merupakan satu-satunya perusahaan dengan lisensi dari regulator AS untuk menjual chip ponsel ke Huawei. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post