ASIATODAY.ID, WASHINGTON – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken kembali memanaskan konfrontasi dengan Beijing.
Blinken secara terbuka menuduh China bertindak agresif di luar negeri dan represif di dalam negeri. Blinken mengungkapkan hal itu dalam wawancara dengan CBS News pada Minggu (2/5/2021).
Blinken menegaskan bahwa AS tidak akan membiarkan China melanggar stabilitas berbasis hukum internasional.
Hubungan China dan AS merupakan hal krusial bagi kedua negara dan dunia. Sejak Joe Biden menjadi Presiden AS, China berulang kali menyerukan agar Washington meningkatkan hubungan dengan Beijing yang semakin renggang di era Donald Trump.
Dalam program 60 Minutes di CBS News, Blinken mengatakan bahwa Biden dan Presiden China, Xi Jinping telah berbicara mengenai beragam hal dalam percakapan mereka via telepon selama dua jam pada Februari lalu.
“Presiden Biden menekankan bahwa untuk beberapa isu, kami memiliki kekhawatiran atas langkah-langkah yang telah diambil oleh China,” ujar Blinken, dilansir dari laman BBC pada Senin (3/5/2021).
Blinken tidak menyebut China sebagai musuh, meski selama ini AS menuduh Beijing telah mencuri ratusan miliar dolar terkait rahasia perdagangan dan properti intelektual.
“Kami harus berurusan dengan China. Ada kompleksitas tersendiri dalam hubungan ini, baik dari sisi perselisihan, kompetisi, maupun kooperasi,” ungkap Blinken.
Menurut Blinken, negara-negara lain perlu bersikap tegas dan berkata kepada China bahwa Beijing harus bersaing secara adil dan tidak bertindak curang dalam berbagai isu di kawasan dan global.
Sebelumnya pada akhir April lalu, China memperingatkan AS agar tidak memaksakan cita-cita demokrasinya. Negeri Tirai Bambu juga mengkritik sanksi perdagangan dan langkah militer di halaman belakang Beijing hanya beberapa jam setelah pidato Presiden Joe Biden tentang prioritas geopolitik Amerika.
Pernyataan itu muncul setelah pidato pertama Biden di Kongres, di mana pemimpin AS itu menempatkan fokus baru pada diplomasi. Biden dan mengatakan bahwa negara itu bersaing dengan China dan lainnya untuk memenangkan pengaruh di abad ke-21. (ATN)
Discussion about this post