ASIATODAY.ID, HIROSHIMA – Di forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Hiroshima Jepang, para pemimpin kelompok negara industri maju G7 menegaskan komitmen mereka untuk mengidentifikasi peluang baru guna meningkatkan kemitraan untuk infrastruktur dan investasi global atau Partnership for Global Infrastructure Investment (PGII).
Dalam rilis yang dikeluarkan Gedung Putih, Presiden AS, Joe Biden dan gagasan kemitraan infrastruktur unggulan ini, telah menarik investor besar untuk merespon permintaan global dalam hal pembiayaan infrastruktur berkualitas di negara-negara berkembang dan negara berpenghasilan rendah.
Presiden Biden juga mengumumkan serangkaian PGII baru untuk membangun koridor ekonomi transformatif dan mendorong investasi infrastruktur, yang dapat menghubungkan pembangunan ekonomi di berbagai negara dan sektor.
Hingga saat ini, AS telah memobilisasi US$30 miliar melalui hibah, pembiayaan federal, dan meningkatkan investasi sektor swasta. Selain itu, pihak AS juga menyampaikan bahwa PGII ini sudah setahun diluncurkan sejak G7 Summit tahun lalu di Jerman, karena itu perlu lebih didorong untuk realisasi dan implementasinya.
Investasi di Koridor Ekonomi Utama bertujuan menciptakan dan memperkuat koridor ekonomi, yang menghubungkan ekonomi melalui infrastruktur transportasi utama, membangun pembangkit listrik bersih lebih terjangkau, andal, dan tersedia untuk lapisan masyakat, memberikan solusi jaringan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) ke masyarakat pedesaan, mengintegrasikan hub pertanian untuk meningkatkan ketahanan pangan regional, meningkatkan akses layanan kesehatan, dan solusi energi bersih.
PGII juga mendukung pengembangan dan penyebaran solusi rantai pasokan energi bersih secara menyeluruh pada skala global dengan cara mendukung kemajuan Reaktor Modular Kecil atau Small Modular Reactor (SMR).
Teknologi modern reaktor modular kecil menawarkan investasi modal awal yang lebih rendah, skalabilitas yang lebih besar, potensi peningkatan keselamatan dan keamanan, dan fleksibilitas lokasi yang selama ini tidak dapat membangun reaktor tradisional yang lebih besar.
Pengembangan SMR canggih ini dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.
Adapun Indonesia menjadi negara mitra SMR. Sejak meluncurkan Just Energy Transition Partnership (JETP) pada KTT G20 2022, AS mengumumkan kemitraan bersama Indonesia untuk mendukung Indonesia sebagai penggerak pertama di kawasan dalam pengembangan SMR di ASEAN.
Teknologi perusahaan AS, NuScale Power menjadi proyek percontohan meliputi: (1) Tambahan US$1 Juta dalam bentuk dukungan yang ditargetkan untuk menetapkan kemampuan teknis dan peraturan dalam mengembangkan SMR, dan (2) Studi kelayakan SMR senilai US$ 2,4 Juta dari USTDA. The United States International Development Finance Corporation (DFC) telah menandatangani Letter of Interest untuk mendukung pengembangan SMR di Indonesia.
AS terus mendukung rantai pasokan dan penyebaran energi bersih di Indonesia sebagai bagian dari PGII, termasuk melalui JETP dan keterlibatan berkelanjutan lainnya.
Selain itu, untuk memfasilitasi investasi yang sangat penting untuk transisi ke ekonomi yang terhubung secara global, terdigitalisasi, dan berkelanjutan. Lembaga pembiayaan AS menerapkan model pembiayaan inovatif seperti obligasi hijau dan fasilitas kredit bergulir.
Salah satunya, Citi menyebutkan sekitar US$1,6 miliar investasi yang baru-baru ini diumumkan atau diselesaikan dan sejalan dengan PGII, termasuk peluncuran obligasi hijau pertama pengembang panas bumi milik BUMN Indonesia senilai sekitar US$400 juta. Proyek ini membantu Indonesia memimpin pengembangan energi hijau dengan memperluas operasi panas bumi di Indonesia. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post