ASIATODAY.ID, JAKARTA – PT Asia Pacific Fibers Tbk, salah satu produsen poliester, mulai menyiapkan strategi untuk mengantisipasi dampak negatif perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Menurut Head of Corporate Communication and PR Asia Pacific Fibers, Prama Yudha Amdan, pihaknya memiliki strategi diversifikasi produk yang memiliki nilai tambah. Dengan demikian, produk perseroan bisa bersaing dari nilai tambah yang dimiliki, bukan dari aspek harga.
“Beberapa produk kami yang bernilai tambah antara lain benang anti api, benang khusus untuk otomotif, dan benang anti bakteri. Dengan value added product, kami bisa bersaing dari aspek keunggulan produk, kalau produk komoditas persaingan di harga,” terangnya, Rabu (24/7/2019).
Ia mengungkapkan, perang dagang saat ini sangat menggangu pasar perseroan karena barang impor, terutama dari China, masuk ke pasar domestik dalam volume yang besar. Penjualan emiten dengan kode saham POLY ini sebesar 60% menyasar pasar dalam negeri.
Dampak perang dagang kata dia, bisa terlihat dari impor tekstil yang meningkat dan berdampak pada penjualan, terutama produk komoditas yang bersaing dari segi harga. Kinerja perseroan pada kuartal I/2019 turun 3,99% (yoy) menjadi US$113,58 juta.
Dari perang dagang yang terjadi, terdapat ekses kapasitas dari kedua negara yang berkonflik akibat tidak bisa masuk ke masing-masing negara. Negara yang tidak memiliki proteksi yang cukup pun menjadi tempat ‘pembuangan’ produk idle tersebut.
“Saat ini, Indonesia tidak memiliki proteksi yang cukup sehingga trennya produk impor jadi bahan pokok dan pasar terganggu. Sebelumnya barang impor itu bertujuan mengisi kekurangan atau memenuhi barang yang belum bisa diproduksi dalam negeri,” ujarnya.
Selain proteksi yang kurang, Prama menilai saat ini ketidakpastian sangat tinggi. Tidak hanya karena faktor global, melainkan juga dari dalam negeri.
Dia memberi contoh, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) pada menteri terdahulu berada di urutan 11 dari 15 industri prioritas dan saat ini, kurang dari 5 tahun, menjadi 5 industri prioritas utama. Tentunya, menjadikan sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan langkah yang baik, tetapi bisa saja berubah ketika susunan menteri diganti. (Lis)
,’;\;\’\’
Discussion about this post