ASIATODAY.ID, JAKARTA – Australia secara resmi akan menyelidiki pengaruh asing di kampus-kampus perguruan tinggi di tengah kekhwatiran meningkatnya pengaruh China di kalangan mahasiswa.
Kebijakan ini diambil terkait laporan adanya mahasiswa dan staf yang melakukan “swasensor” dalam isu-isu sensitif seperti aksi protes prodemokrasi di Hong Kong.
Pemerintah Australia juga menyatakan beberapa universitas juga telah menjadi sasaran serangan siber yang disponsori oleh China. Karena itu pemerintah kemudian membentuk satuan tugas atau satgas intelijen untuk mengatasi ancaman-ancaman tersebut.
“Universitas juga harus bertindak untuk melindungi informasi berharga yang mereka miliki karena merupakan bagian dari kepentingan nasional,” kata Menteri Pendidikan Dan Tehan dalam pidatonya seperti dikutip BBC, Senin (2/9/2019).
Tehan menghubungkan langkah mengatasi campur tangan asing itu dengan “perluasan” perlindungan kebebasan bicara dan kebebasan akademis di kampus.
Universities Australia, sebuah kelompok asosiasi universitas di sana, menyambut baik pengumuman tersebut sembari mengatakan perlunya sikap “berimbang dan hati-hati”.
Menanggapi pengumuman itu, China menyebutnya sebagai “tak beralasan”. Mengapa langkah itu diambil.
Pengumuman tersebut dibuat pada 28 Agustus tanpa menyebut nama negara tertentu. Namun belakangan kekhawatiran terhadap pengaruh China di kampus-kampus meningkat.
Belum lama ini terjadi bentrokan di sejumlah universitas antara mahasiswa yang mendukung gerakan prodemokrasi di Hong Kong dengan mahasiswa China daratan yang mendukung pemerintah mereka. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post