ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pandemi global wabah coronavirus (Covid-19) mulai menginfeksi industri manufaktur di Indonesia. Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pun sulit untuk dibendung.
Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) bidang Industri Manufaktur Johnny Darmawan, saat ini produktivitas dan daya serap produksi terus menurun seiring imbauan pemerintah terkait social distancing atau menjaga jarak bagi para pekerja dan masyarakat. Sebab, tidak semua perusahaan bisa memberlakukan work from home atau bekerja dari rumah.
“Kita sampaikan saja secara terbuka, kondisi industri kecil sejak dua bulan lalu sudah pada PHK karena mereka berfikir panjang,” ujar dia Jumat (3/4/2020).
Menurutnya, PHK tak hanya membayangi perusahaan skala kecil, namun perusahaan besar dengan imunitas rendah juga ikut terdampak. Bahkan perusahaan yang bakal gulung tikar tinggal menunggu waktu.
“Sejak awal-awal kemunculan virus corona, ada perusahaan yang hanya bisa hidup satu bulan atau dua bulan karena masalah supply impor barang dan sebagainya, peraturan lalu dimudahkan tapi tahu-tahu covid-19 itu muncul di Indonesia dan bantuan pemerintah tidak ada yang ambil,” jelasnya.
Meski demikian, perusahaan yang tergabung dalam Apindo sepakat untuk mendorong industri skala kecil dan menengah (UMKM) tetap bisa bertahan selama penanganan covid-19. Dengan kata lain, kesejahteraan karyawan tetap menjadi prioritas perusahaan.
Perusahaan yang mengalami kesulitan cash flow akan didorong untuk melakukan restrukturisasi keuangan internal.
“Standing poin dari Apindo sangat jelas, bahwa kami tidak akan menyusahkan karyawan dan apa yang harus didapatkan karyawan,” imbuhnya.
Adapun dukungan stimulus dari pemerintah dinilai sangat berarti bagi sektor manufaktur. Sebab, kondisi keuangan perusahaan menjadi indikator munculnya gelombang PHK.
“Bank tidak akan memberikan pinjaman lagi untuk bayar operation dan bank juga pasti tidak bersedia memberikan karena perusahaan belum jelas masa depannya,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post