ASIATODAY.ID, RIYADH – Reformasi ekonomi yang diterapkan oleh Arab Saudi, menjadi satu point penting bagi negara-negara G20, salah satunya Indonesia.
Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati mengaku terkesan dengan reformasi ekonomi yang dijalankan oleh Arab Saudi. Sebagai tuan rumah pertemuan ekonomi kelompok G20, Sri Mulyani menilai Arab Saudi memiliki profil ekonomi dan fiskal (keuangan negara) yang menarik untuk dipelajari.
“Dengan populasi penduduk 33,4 juta, saat ini Arab Saudi menjalankan Vision 2030, yaitu Progran reformasi di bidang sosial ekonomi, termasuk peranan perempuan yang semakin ditingkatkan,” kata Sri Mulyani di Riyadh, Arab Saudi, Minggu (23/2/2020) sebagaimana keterangan tertulisnya.
Menurut Sri Mulyani, perekonomian Arab Saudi didominasi oleh minyak, sehingga kinerja ekonomi sangat dipengaruhi oleh naik turunnya harga dan produksi minyak. Maka upaya untuk diversifikasi kegiatan ekonomi terus dilakukan oleh Arab Saudi untuk tidak tergantung minyak.
Menurut data IMF, Pertumbuhan ekonomi Saudi Arabia 2019 adalah 1,9 persen, sektor minyak tumbuh 0,7 persen dan nonminyak 2,9 persen. Defisit APBN meningkat dari 5,9 persen PDB (2018) menjadi 6,5 persen PDB (2019). Utang pemerintah 24,7 persen dari PDB. Tingkat pengangguran untuk warga Saudi mencapai 12,5 persen, dengan pengangguran perempuan mencapai 32,7 persen.
Reformasi ekonomi yang sedang dilakukan oleh Saudi yakni;
Pertama, menurunkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk menjadi seimbang pada 2023.
Kedua, menaikkan penerimaan pajak terutama Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Ketiga meningkatkan harga BBM secara bertahap agar setiap kuartal ada perubahan harga sesuai harga internasional.
Keempat, mengendalikan belanja negara terutama gaji pegawai dan belanja modal yang tidak produktif.
Kelima, meningkatkan transparansi fiskal belanja dan pendapatan, termasuk data dari perusahaan minyak Aramco.
Keenam, reformasi pasar tenaga kerja, dengan melakukan mandatori rekrutmen untuk pekerja Saudi (Saudization) dalam rangka menurunkan pengangguran.
“Selama ini Saudi sangat tergantung kepada pekerja ekspatriat (TKA), setiap warga negara asing dipungut biaya tinggal di Saudi,” jelasnya.
Ketujuh, penyediaan transport khusus untuk perempuan dan program penitipan anak (childcare) untuk mendukung partisipasi kerja perempuan Saudi.
Kedelapan, bantuan untuk usaha kecil diberikan dengan pemberian pinjaman bank dan peningkatan akses pembiayaan.
“Setiap negara anggota G20 menghadapi tantangan ekonomi global yang melemah, ditambah risiko perang dagang, munculnya virus corona dan gejolak geopolitik. Semua negara harus melakukan reformasi ekonomi. Yang tidak mampu dan tidak mau berubah-akan tertinggal dalam mencapai kemajuan,” tandasnya. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post