ASIATODAY.ID, BERLIN – Bencana banjir yang melanda wilayah Eropa kian meluas. Selain Jerman, banjir juga menerjang negeri Belgia dan Belanda.
Selain merusak infrastruktur strategis, bencana ini juga merenggut ratusan korban jiwa dan ratusan orang dinyatakan hilang.
Hingga Jumat (16/7/2021) waktu setempat, jumlah korban jiwa telah mencapai lebih dari 125 orang.
Otoritas di negara bagian Rhineland-Palatinate, Jerman, mengatakan banjir terjadi tidak pernah diduga sebelumnya. Aliran air bah tiba-tiba datang dari Sungai Ahr dan menerjang wilayah itu. Sebanyak 63 orang tewas di sana, termasuk 12 warga dari fasilitas bantuan hidup untuk penyandang cacat di kota Sinzig hancur tersapu banjir.
Di negara bagian tetangga Rhine-Westphalia Utara, pejabat negara menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 43 orang. Tetapi mereka memperingatkan angka itu bisa meningkat.
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier sangat terkejut atas kehancuran yang disebabkan oleh banjir. Dia berjanji akan mendukung penuh keluarga para korban yang tewas, serta kota-kota besar dan kecil yang menghadapi kerusakan signifikan.
“Pada saat dibutuhkan, negara kita bersatu bersama. Penting bagi kita untuk menunjukkan solidaritas bagi mereka yang menjadi korban bencana ini,” kata Steinmeier.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Arne Collatz mengatakan militer Jerman mengerahkan lebih dari 850 tentara untuk membantu upaya evakuasi di lokasi banjir. Tetapi jumlah itu bertambah secara signifikan karena kebutuhan meningkat. Dia mengatakan kementerian telah mengeluarkan “alarm bencana dan siaga militer”.
Upaya penyelamatan yang mengerikan terjadi di kota Erftstadt Jerman, wilayah Barat Daya Cologne, di mana orang-orang terjebak ketika tanah longsor dan rumah mereka runtuh.
“Kami berhasil mengeluarkan 50 orang dari rumah mereka tadi malam,” kata administrator daerah Frank Rock kepada penyiar Jerman n-tv.
Sementara itu, pihak berwenang di kota Venlo, Belanda selatan, mengevakuasi 200 pasien rumah sakit karena ancaman banjir dari sungai.
Banjir bandang minggu ini menyusul hujan deras berhari-hari di Eropa Barat. Ribuan orang tetap kehilangan tempat tinggal di Jerman setelah rumah mereka dihancurkan atau dianggap berisiko oleh pihak berwenang.
Di provinsi Limburg, Belanda selatan, yang juga dilanda banjir parah, pasukan menumpuk karung pasir untuk memperkuat tanggul sepanjang 1,1 km di sepanjang Sungai Maas, dan polisi membantu mengevakuasi lingkungan dataran rendah.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengatakan pemerintah secara resmi menyatakan daerah yang dilanda banjir sebagai daerah bencana, yang berarti bisnis dan penduduk berhak mendapatkan kompensasi.
Raja Belanda Willem-Alexander mengunjungi wilayah itu Kamis malam dan menyebut adegan itu “memilukan”.
Sementara itu, curah hujan yang terus menerus di Swiss telah menyebabkan beberapa sungai dan danau meluap. Penyiar publik SRF melaporkan bahwa banjir bandang menyapu mobil, membanjiri ruang bawah tanah, dan menghancurkan jembatan kecil di desa utara Schleitheim und Beggingen Kamis malam.
Perubahan iklim dan Pemanasan Global
Presiden Jerman, Steinmeier menggemakan seruannya untuk upaya yang lebih besar untuk memerangi pemanasan global.
“Hanya jika kita dengan tegas mengambil tindakan melawan perubahan iklim, kita akan dapat membatasi kondisi cuaca ekstrem yang kita alami sekarang,” katanya.
Para ahli mengatakan bencana seperti itu bisa menjadi lebih umum di masa depan.
“Beberapa bagian Eropa Barat menerima curah hujan hingga dua bulan dalam waktu dua hari. Yang membuatnya lebih buruk adalah tanah sudah jenuh oleh curah hujan sebelumnya, ”kata juru bicara Organisasi Meteorologi Dunia Clare Nullis. (ATN)
Discussion about this post