ASIATODAY.ID, JAKARTA – Kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi di Taiwan telah memicu kemarahan China.
Setelah melancarkan serangakian protes diplomatik, China kemudian mengelar latihan militer besar-besaran di Selat Taiwan. Situasi ini memanaskan rivalitas China dan AS sebagai pendukung Taiwan.
Negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN) telah menyampaikan kekhawatiran atas potensi konflik di kawasan Indo Pasifik.
“Indo-Pasifik adalah masa depan kawasan kita. Masa depan kita akan bergantung pada bagaimana kita mengelola Indo-Pasifik. Kawasan Indo-Pasifik tidak dapat melalui pendekatan dengan pola pikir ini atau itu, melainkan dengan pola pikir kerja sama Indo-Pasifik, kepercayaan strategis, dan, yang tak kalah penting, selalu menjunjung tinggi hukum internasional. Kita tidak punya pilihan lain selain memperkuat pandangan ini dengan penuh semangat. Bagi Indonesia dan ASEAN, sangat penting untuk menjalin kerja sama yang konkret dengan para mitra, termasuk dengan AS – kerja sama yang saling menguntungkan yang dapat berkontribusi pada perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di Indo-Pasifik,” kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia, Retno Marsudi dalam KTT ASEAN-AS, di Phnom Penh, Kamboja, 4 Agustus 2022 .
Menlu Retno melanjutkan, “Pada masa yang penuh tantangan ini, yang dibutuhkan dunia adalah kebijaksanaan dan tanggung jawab semua pemimpin, kita semua, untuk memastikan perdamaian dan stabilitas,”.
Sementara itu, Menteri Laur Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menjelaskan bahwa AS senantiasa memiliki kepentingan yang tetap untuk perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.
“Kami menentang segala upaya sepihak untuk mengubah status quo, terutama dengan kekerasan. Kami tetap berkomitmen terhadap kebijakan “Satu China”, dipandu oleh komitmen kami di bawah Undang-Undang Hubungan Taiwan (Taiwan Relations Act), tiga Komunike bersama (Three Communiqués), dan Enam Jaminan (Six Assurances),” jelasnya.
“Dan saya ingin menekankan bahwa tidak ada yang berubah dengan posisi kami, dan saya sangat berharap bahwa Beijing tidak akan dengan sengaja menciptakan krisis atau mencari dalih untuk meningkatkan aktivitas militernya yang agresif. Kami, dan negara-negara di seluruh dunia, percaya bahwa eskalasi tidak menguntungkan siapa pun dan dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan yang tidak memenuhi kepentingan siapa pun, termasuk anggota ASEAN dan termasuk juga China,”
“Dalam beberapa hari terakhir ini, Kami telah menghubungi untuk melibatkan rekan-rekan RRC kami pada setiap tingkat pemerintahan guna menyampaikan pesan ini. Menjaga stabilitas lintas selat adalah kepentingan semua negara di kawasan, termasuk semua rekan kami di ASEAN,”.
Blinken mengungkapkan, tahun ini memasuki momentum untuk merayakan 45 tahun hubungan ASEAN-AS.
“Bahkan saat kita merayakan 45 tahun tersebut, kita melihat ke masa depan. Dan saat kita melihat ke masa depan, Amerika Serikat bertekad untuk memperdalam dan memperkuat kemitraannya dengan ASEAN untuk menjawab tantangan saat ini, tantangan yang dihadapi warga negara di semua negara kita. Kami berkomitmen terhadap sentralitas ASEAN. Kami sangat mendukung Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik, dan kami dengan sepenuh hati mendukung nilai-nilai yang menjadi dasar pandangan tersebut: keterbukaan, inklusivitas, komitmen terhadap supremasi hukum, tata kelola pemerintahan yang baik, dan – Retno, seperti yang Anda katakan – penghormatan terhadap hukum internasional. Nilai-nilai ini juga merupakan inti dari strategi Indo-Pasifik kami. Strategi kami dan Pandangan ASEAN memiliki pendekatan yang sangat serupa,”.
Presiden AS, Joe Biden di KTT Khusus ASEAN-AS pada bulan Mei, telah meluncurkan era baru dalam hubungan ASEAN-AS.
“Dan sebagai contoh kerja sama kita, bulan September lalu Menteri Energi Granholm berpartispasi dalam Pertemuan Menteri Energi ASEAN-AS untuk memperdalam kerja sama dalam tujuan bersama kita, seperti mempromosikan energi terbarukan dan teknologi energi baru,” jelasnya.
Pada Mei lalu, Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS Becerra bergabung di Pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN-AS, dimana AS memperluas kerja sama dalam bidang kesehatan global, pemberian perawatan kesehatan, termasuk peningkatan pengawasan penyakit, tenaga kesehatan yang lebih kuat, peningkatan akses ke perawatan primer.
“Hal ini akan membantu mengangkat semua populasi kita, tidak hanya dalam menangani hal-hal seperti pandemi yang telah kita hadapi selama beberapa tahun terakhir, tetapi sebagai isu umum dalam memperkuat sistem perawatan kesehatan untuk kepentingan semua warga negara kita,” imbuhnya.
Di KTT khusus antara Amerika Serikat dan ASEAN pada bulan Mei, Utusan Khusus Presiden untuk masalah Iklim John Kerry memimpin pembicaraan tentang kerja sama untuk mencapai tujuan dekarbonisasi global dan regional.
“Kami sangat berharap dapat segera melanjutkan pembicaraan ini pada Pertemuan Menteri Iklim ASEAN-AS. Dan kita telah melakukan dialog terkait transportasi, serta pertemuan tingkat menteri pertama kalinya tentang kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan,” imbuhnya.
“Singkat kata, kita bekerja sama dalam berbagai isu yang sangat beragam yang merupakan inti kemakmuran dan keamanan satu miliar orang populasi kita,” tndasnya. (ATN)
Discussion about this post