ASIATODAY.ID, JAKARTA – Gelombang protes dan aksi solidaritas atas nasib warga Uighur di Xinjiang, China, menggema di Indonesia.
Ratusan aktivis dari organ
Youth on Organization of Islamic Cooperation (OIC) Indonesia dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berunjuk rasa di depan Kantor Kedutaan Besar Tiongkok, di Jakarta, Senin (23/12/2019).
Dalam aksinya, massa menuntut agar penindasan umat muslim Uighur oleh pemerintah China segera dihentikan. Pasalnya, penindasan tersebut diperkirakan telah terjadi sejak lama, namun baru terungkap pada 2017.
Dalam orasinya, Sekretaris Jenderal OIC Youth Indonesia, Astrid Nadya Rizqita menegasakan China telah melanggar Universal Declaration of Human Rights (UDHR), ditambah lagi terkini sebanyak 22 negara di PBB, termasuk Amerika mengecam kejahatan HAM yang terjadi di provinsi Xianjiang tersebut.
“Kami mengecam keras penindasan secara sistematis yang dilakukan China, karena ini masuk dalam kategori upaya genosida. Saat ini warga Uighur sudah masuk tahap kronis, bukan hanya isolasi, tetapi juga indoktrinasi. Diduga pemuka agama di sana dibunuh, tempat ibadah dirusak, dan warganya tidak boleh menampilkan simbol agama di ruang publik,” ujar Astrid yang juga mahasiswa Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta ini.
Upaya genosida itu kata dia, sejak 1949 dapat dilihat dari ras HAN membajiri Xianjiang sudah mencapai 1000 persen, bahkan warga Uighur kini hanya 49 persen kurang dari jumlah semula.
Astrid menyayangkan sikap pemerintah yang mengaku menggunakan soft diplomacy secara pendekatan kultural dalam merespon kasus tersebut. Ia melihat justru yang terjadi week diplomacy. Padahal Amerika telah mengeluarkan Uighur Policy Act tahun 2018 dan 2019 yang mengatur akan menghukum pejabat China yang terlibat kejahatan HAM di Uighur.
“Kami menyerukan agar Indonesia meninjau ulang hubungan bilateral dengan China, apalagi jika kasus Uighur tidak segera dihentikan. Selanjutnya menuntut Indonesia bersikap tegas atas kasus ini,” serunya.
Sementara, Wasejend PB HMI Riyanda Barmawi juga mengecam kejahatan pemerintah China, dan meminta untuk segera diakhiri.
Menurutnya, pemerintahan Indonesia harus mengambil sikap tegas, bijak dan berpihak kepada kemanusiaan. Apabila ada yang bungkam atas Uighur patut dipertanyakan, sama artinya melecehkan kemanusiaan umat Islam.
“China telah melakukan kejahatan hebat, kita menangis melihatnya. Kebebasan beragama diberangus, sementara di Indonesia meskipun mayoritas Islam namun tidak pernah diskriminatif, dan kita menjunjung tinggi toleransi dan keberagaman,” katanya dalam orasinya dalam kesempatan yang sama.
“Kita berharap adanya sebuah sikap heroik yang arif terhadap masalah di sana. Kita tidak ingin masalah seperti di Uighur kelak terulang di sejumlah tempat,” tambahnya.
Seperti diketahui, Provinsi Xianjiang terbesar di China, dan diprediksi terkandung kekayaan gas, tambang dan minyak bumi yang komposisinya 40 persen dari total keseluruhan yang ada di China. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post