ASIATODAY.ID, BEIJING – Menteri Keuangan China, Liu Kun mengumumkan memperpanjang keringanan utang kepada negara-negara berkembang senilai USD2,1 miliar secara total atau sekitar Rp30,45 triliun di bawah kerangka kerja G20.
Nilai tersebut menjadi yang tertinggi diantara anggota G20 dalam hal jumlah penangguhan.
Pernyataan Liu muncul ketika negara-negara Afrika, yang terpukul pandemi COVID-19, menghadapi krisis utang lain, dan membutuhkan lebih banyak bantuan jangka panjang daripada yang ditawarkan Inisiatif Penangguhan Layanan Hutang (DSSI) G20 terbaru.
“Badan Kerjasama Pembangunan Internasional China, Badan Bantuan Negara, dan Bank Ekspor-Impor China, kreditur bilateral, resmi menangguhkan pembayaran hutang dari 23 negara, senilai total USD1,353 miliar,” kata Liu, seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (21/11/2020).
Liu menambahkan, Bank Pembangunan China, sebagai kreditur komersial, menandatangani perjanjian dengan negara berkembang yang melibatkan USD748 juta pada akhir September.
China dan Jepang Kurangi Surat Utang Amerika
Studi Bank Dunia menunjukkan bahwa angka itu kecil dibandingkan dengan utang negara berkembang yang harus dibayar China. Utang bilateral resmi negara termiskin kepada negara-negara G20 mencapai USD178 miliar pada 2019, dengan 63 persen dari total utang ke China.
Sepertiga dari USD30,5 miliar dari pembayaran utang publik yang jatuh tempo pada 2021 oleh negara-negara Afrika sub-Sahara yang memenuhi syarat DSSI berutang kepada kreditor resmi Tiongkok, sementara 10 persen lainnya terkait dengan China Development Bank, menurut Institute of International Keuangan.
Amerika Serikat (AS), China, dan negara-negara G20 lainnya telah menawarkan bantuan kepada negara-negara termiskin di dunia, banyak di antaranya berada di Afrika, bantuan hingga setidaknya pertengahan 2021 dan akan memutuskan apakah perpanjangan enam bulan diperlukan pada April tahun depan.
Liu mengatakan China bersedia meningkatkan bantuan keuangan untuk negara berkembang dan lebih banyak dukungan akan diberikan kepada mereka yang paling terpukul pandemi dan di bawah tekanan berat, dan juga akan memprioritaskan pasokan vaksin COVID-19 ke negara-negara miskin.
“China juga akan mempertimbangkan untuk memberikan sumbangan kepada fasilitas keringanan utang multilateral jika Bank Dunia memutuskan untuk mendirikannya,” kata Liu. (ATN)
Discussion about this post