ASIATODAY.ID, SANTIAGO – Lebih dari satu juta orang turun ke jalanan Santiago, Chile, pada Jumat 25 Oktober petang waktu setempat. Mereka semua menyatukan kekuatan dalam menyerukan Presiden mundur dan adanya perubahan masif di bidang sosial dan politik Chile.
Ibu kota Santiago sempat lumpuh karena banyaknya jumlah demonstran. Aksi protes berskala masif ini terjadi sepekan usai aksi protes meletus di seantero Chile dalam menentang ketidaksetaraan.
Aksi protes ini disebut-sebut sebagai yang terbesar di Chile dalam beberapa dekade terakhir. Sejumlah pihak menyandingkan skala protes kali ini dengan demonstrasi di tahun 1988 saat masyarakat Chile menentang kepemimpinan diktator Augusto Pinochet.
“Semua ini terasa begitu emosional. Kami semua bersama-sama turun ke jalan. Ini adalah hal yang sangat baru bagi Chile,” ujar seorang demonstran bernama Camilo Godoy, di tengah lautan massa yang menyanyikan slogan Oh, Chile Desperto (Oh, Chile bangunlah).
“Akhirnya, orang-orang mulai terbangun dari tidur mereka,” lanjut dia, dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (26/10/ 2019).
Unjuk rasa terbaru pada Jumat 25 Oktober merupkan klimaks dari gelombang protes di Chile, yang awalnya dipicu kemarahan pemuda atas naiknya tarif kereta api bawah tanah.
Gerakan pemuda kemudian berubah menjadi aksi protes berskala nasional. Banyak warga kesal atas tingginya kesenjangan kesejahteraan di Chile. Mereka juga geram karena sektor kesehatan dan pendidikan di Chile hampir seluruhnya telah diprivatisasi.
Kekesalan lain yang diungkapkan demonstran adalah tingginya tarif transportasi publik, upah rendah dan juga nilai pensiun yang dianggap minim.
Demonstrasi di Santiago dipenuhi suara tabuhan drum dan panci penggorengan. Sejumlah grup musik memulai konser di tengah demonstran, yang turut bernyanyi dan juga menari dalam satu kesatuan.
“Kediktatoran telah memecah-belah kami, tapi kalian bisa lihat sendiri kami semua ada di sini. Ada Mapuche (grup etnis lokal), feminis, imigran, anak-anak dan lainnya. Semua berkumpul di sini,” tutur Godoy.
Jalanan Santiago dipenuhi lautan merah, putih dan biru yang merupakan warna bendera Chile. “Aksi ini telah menjadi simbol kebebasan dan pemberontakan. Hari ini kami semua bersatu demi memperjuangkan hak-hak kami,” sambung Godoy.
Maria Angelica Sanchez, seorang demonstran berusia 72 tahun, mengaku belum pernah melihat aksi protes sebesar ini semasa hidupnya. Ia ikut serta dalam aksi protes bersama adik perempuannya.
“Saya sangat senang dan merasa terdorong oleh semangat para pemuda,” ucap Sanchez.
Merespons demonstran, Presiden Chile Sebastian Pinera mengaku telah mendengar semua keluhan warga. “Aksi masif hari ini membuka jalan menuju masa depan. Kami telah mendengar semua pesan kalian. Dengan bantuan Tuhan, kami akan berjalan di jalan yang akan membuat Chile menjadi lebih baik,” tulis Pinera di Twitter.
Pinera dan sepupunya, Menteri Dalam Negeri Andres Chadwick, telah dikritik sejumlah pihak atas penanganan unjuk rasa yang sejauh ini telah menewaskan 19 orang dan membuat lebih dari 3.100 ditahan. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post