ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia melalui Menteri Perdagangan (Mendag) RI Agus Suparmanto berkomitmen meningkatkan perdagangan bilateral dengan Amerika Serikat (AS) sebagai negara mitra strategis.
Karena itu, fasilitas keringanan bea masuk impor (Generalized System of Preferences/GSP) yang diberikan AS kepada negara berkembang termasuk Indonesia dinilai perlu dipertahankan.
Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto mengungkapkan hal itu saat menjadi pembicara pada acara Gala Dinner United States-Indonesia Society (USINDO) di Hotel Four Seasons, Washington D.C, Amerika Serikat, Kamis (13/2/2020).
Gala Dinner USINDO kali ini mengambil tema “US-Indonesia Economic Relations 2020: Seizing the Potential for Trade and Investment”.
Menurutnya, penting bagi Indonesia menjaga hubungan perdagangan bilateral dan mempertahankan fasilitas GSP dari AS agar dapat terus mendorong perdagangan kedua negara. Terkait pembahasan GSP, Agus dijadwalkan bertemu dengan perwakilan United States Trade Representative (USTR) Robert Lighthizer.
“Pihak AS sebelumnya telah menunjukkan respons positif AS terhadap penyelesaian negosiasi GSP. Diharapkan, pada kunjungan kali ini sisa isu yang masih belum rampung terkait reasuransi dan impor produk hortikultura dapat segera diselaraskan,” kata Agus melalui keterangan resmi, Jumat (14/2/2020).
Pada 2018, nilai ekspor Indonesia dari pos tarif yang mendapatkan fasilitas GSP naik 10 persen dari USD1,9 miliar menjadi USD2,2 miliar. Sementara pada periode Januari-November 2019, nilai ekspor dengan fasilitas GSP naik sebesar 20 persen dari USD2 miliar menjadi USD2,5 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Indonesia bisa mendapatkan kembali fasilitas tarif preferensial yang dapat terus mendorong ekspor Indonesia. GSP sebenarnya juga bermanfaat bagi industri AS karena dapat memperoleh produk yang berkualitas dengan harga yang kompetitif,” tambahnya.
Agus optimistis perundingan terkait GSP akan segera selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan. Hal ini mengingat fasilitas GSP juga memberikan keuntungan bagi AS sebagai importir yang akan mendapatkan barang berkualitas dengan harga lebih murah dan mewujudkan target peningkatan perdagangan Indonesia dan AS sebanyak USD60 miliar pada lima tahun ke depan.
Selain dengan USTR, pada kunjungan ini Mendag Agus juga akan melakukan pertemuan dengan United States-Indonesia Society (USINDO) dalam rangka perayaan 70 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-AS serta beberapa importir di AS.
Pada pertemuan tersebut, Agus akan mengusulkan kedua negara perlu membuat peta jalan yang menekankan pada pendekatan praktis untuk memungkinkan arus perdagangan, baik barang maupun jasa, dan investasi yang terbaik. Agus juga akan membuka peluang kolaborasi lebih besar dalam rangka mengakomodasi keinginan AS untuk menekan defisit perdagangan dengan Indonesia.
“Indonesia memandang perdagangan harus adil dan seimbang. Hal itu dapat dicapai dengan mengintensifkan kolaborasi dan menawarkan berbagai macam produk barang dan jasa dengan harga tentu yang kompetitif,” ujarnya.
Total perdagangan Indonesia-AS pada 2019 tercatat mencapai USD26,97 miliar atau menurun 5,73 persen dari tahun sebelumnya yang senilai USD28,6 miliar, dengan ekspor Indonesia pada 2019 tercatat sebesar USD17,72 miliar dan impor USD9,25 miliar. Dengan demikian, Indonesia surplus sebesar USD8,46 miliar.
Ekspor utama Indonesia ke AS pada 2019, di antaranya udang-udangan (krustasea) segar, karet alam, alas kaki, jerseys, pakaian wanita dan anak perempuan, serta ban pneumatik baru. Sementara produk impor utama Indonesia dari AS pada 2019 yaitu biji kedelai, kapas, gandum dan meslin, residu tepung pati, dan tepung bukan konsumsi.
Sedangkan total nilai investasi AS di Indonesia pada 2019 tercatat sebesar USD989,3 juta yang terdiri dari 788 proyek yang didominasi sektor pertambangan (78 persen). Sektor lainnya yaitu industri listrik, gas dan air, industri jasa, dan lainnya.
Hadir sebagai pembicara utama yaitu Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan. Selain itu, hadir juga sebagai pembicara yaitu Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate dan Wakil Menteri Luar Negeri, Mahendra Siregar.
Acara ini juga dihadiri sejumlah perwakilan dari perusahaan di Indonesia dan Amerika Serikat, yaitu Bakrie Group, Artha Graha Group, Freeport, Chubb Grou, dan Red Creek Global Group Advisors, serta Chevron. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post