ASIATODAY.ID, JAKARTA – Perusahaan modal ventura milik PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM), MDI Ventures mengumumkan telah mendapatkan dana segar senilai USD500 juta atau setara Rp7,37 triliun.
CEO MDI Ventures Donald Wihardja mengungkapkan dana ini merupakan inisiatif multi-fund terbesar yang pernah dikelola corporate venture capital (CVC) di Indonesia. Dana ini juga melibatkan jaminan aset senilai USD790 juta atau setara Rp11,9 triliun di dalamnya.
“Di sisi lain, startup juga akan memberikan nilai tambah bagi BUMN terutama dalam membantu mereka beradaptasi dengan landskap bisnis layanan digital yang dinamis dan bisa berubah dengan cepat sewaktu-waktu,” jelasnya melalui keterangan tertulisnya yang diterima Jumat (21/8/2020).
Menurut Donald Wihardja, dana baru ini akan digunakan untuk mengukur agenda Telkom Group yang sudah ada dengan beberapa update mission-critical.
Pertama, MDI Ventures akan menggunakan dana tersebut untuk berinvestasi di perusahaan yang berfokus di Indonesia.
Kemudian akan berusaha untuk memasukkan portofolionya ke tidak hanya satu perusahaan induk milik negara, tetapi semua BUMN di negara ini.
Pemerintah mengklaim dorongan tersebut sebagai bagian dari tujuan ambisius untuk membangun ekosistem digital milik negara yang lengkap.
“Karenanya, MDI Ventures sekarang mencari startup teknologi dengan janji pertumbuhan yang kuat dan daya tarik yang berarti dan tidak hanya bercita-cita untuk mendominasi pasar Indonesia, tetapi juga membantu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tradisional (dan sebagian besar luring) untuk bergabung dengan ekonomi digital yang berkembang di negara ini,” jelasnya.
Sejauh ini, BUMN Indonesia telah memainkan peran penting dalam perekonomian modern negara senilai USD1 triliun. Mereka termasuk beberapa perusahaan terbesar di negara yang dalam banyak kasus, mendominasi seluruh sektor.
Karena pasar konsumen negara dengan cepat beralih ke pengalaman pengguna yang mengutamakan digital dan khusus digital, transformasi dipandang sebagai prioritas utama untuk BUMN lokal di masa mendatang.
“Cukup sederhana. Untuk mempertahankan pijakan yang kuat di pasar hingga masa depan BUMN, kami tahu bahwa mereka perlu merangkul model bisnis digital lebih dalam daripada sebelumnya. Dengan mengalokasikan dana ini sesuai dengan misi pemerintah yang berani dan bermitra dengan inovator teknologi lokal, BUMN Indonesia akan ditempatkan secara ideal untuk berkembang bagi generasi yang akan dating,” paparnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah melakukan transisi BUMN besar ke paradigma digital sepenuhnya. Bank BUMN, misalnya, telah merilis berbagai inovasi teknologi sejak 2018 dan bahkan ada yang meluncurkan platform lending online dan berbasis aplikasi sendiri untuk UKM.
Bank-bank pelat merah juga telah menjalin kemitraan kunci dengan banyak startup fintech seperti Privy, Oy, LinkAja, dan ModalRakyat.
Sementara itu, Telkom menjadi motor penggerak di balik upaya transformasi digital BUMN secara luas. Sejak 2016, MDI Ventures tidak hanya menciptakan beberapa sinergi internal untuk perusahaan induknya, tetapi juga mengembangkan banyak keluar dari portofolio yang sangat menguntungkan.
Pada tahun 2019, ini termasuk IPO Whispir yang berbasis di Melbourne di ASX, akuisisi Red Dot Payment oleh Naspers dengan penilaian USD65 juta, dan akuisisi platform komunikasi cloud yang berbasis di Singapura Wavecell oleh 8×8 yang berbasis di AS dalam kesepakatan senilai kira-kira USD125 juta.
“Sebagai cabang investasi penting negara, MDI Ventures berupaya mendapatkan kemenangan yang jelas bagi negara itu sendiri, untuk portofolio perusahaan rintisan kami, dan untuk perusahaan kami,” kata Sandhy Widyasthana, COO MDI Ventures.
Dikatakan, BUMN dan perusahaan teknologi dapat menjalin simbiosis dengan memungkinkan para pemula mengakses secara instan klien korporat besar dan jaringan konsumen mereka yang terkonsolidasi.
Sementara itu, startup ini akan melengkapi perusahaan milik negara dengan layanan digital bernilai tambah yang akan membantu mereka beradaptasi dengan landskap bisnis yang berubah dengan cepat di Indonesia. Ini juga berarti perusahaan rintisan berpotensi memiliki lebih banyak peluang keluar di kemudian hari.
CSO Telkom Group Budi Setiawan mengungkapkan, selama beberapa tahun terakhir, BUMN Indonesia telah melakukan lompatan signifikan menuju pergeseran digital namun masih ada celah yang harus diisi di banyak bidang,
“Yang kami cari adalah startup yang dapat memperluas batasan inovasi dan menghadirkan teknologi yang tepat ke ekosistem digital milik negara, demi kemakmuran masa depan Indonesia,” imbuhnya. (ATN)
Discussion about this post