ASIATODAY.ID, NEW YORK – Kurs dolar Amerika Serikat (USD) menguat di akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat WIB). Penguatan mata uang Paman Sam terjadi karena para pedagang khawatir tentang risiko gelombang kedua infeksi virus corona yang akhirnya mendorong permintaan untuk mata uang safe-haven.
Menukil Xinhua, Jumat (12/6/2020), indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,77 persen pada 96,7262. Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi USD1,1301 dibandingkan dengan USD1,1389 pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi USD1,2595 dibandingkan dengan USD1,2765 pada sesi sebelumnya.
Dolar Australia turun menjadi USD0,6847 dibandingkan dengan USD0,7017. Dolar AS membeli 106,80 yen Jepang, lebih rendah dibandingkan dengan 107,11 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9431 franc Swiss dibandingkan dengan 0,9437 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3605 dolar Kanada dibandingkan dengan 1,3383 dolar Kanada.
Di sisi lain, Wall Street mengalami hari terburuk dalam hampir tiga bulan pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat WIB). Dow Jones jatuh lebih dari 1.800 poin di tengah aksi jual pasar yang luas. Kondisi tersebut terjadi di tengah naiknya jumlah infeksi covid-19 di Amerika Serikat (AS) ketika ekonomi mulai kembali dibuka.
Indeks Dow merosot 1.861,82 poin atau 6,9 persen menjadi 25.128,17. Sedangkan S&P 500 merosot 188,04 poin atau 5,89 persen menjadi 3.002,1. Kemudian Nasdaq turun 527,62 poin atau 5,27 persen menjadi 9.492,73. Rata-rata saham utama membukukan hari terburuk mereka sejak pertengahan Maret.
Semua 11 sektor utama di S&P 500 berakhir lebih rendah, dengan sektor energi dan keuangan masing-masing turun 9,45 persen dan 8,18 persen, memimpin penurunan. Indeks Volatilitas Cboe, yang secara luas dianggap sebagai pengukur ketakutan terbaik di pasar saham, melonjak hampir 48 persen menjadi 40,79.
“Kekhawatiran atas meningkatnya infeksi virus corona di beberapa negara bagian AS dan penilaian yang bijaksana dari prospek pemulihan ekonomi dari Federal Reserve membebani pasar saham,” kata Ahli Strategi UBS Global Wealth Management Lucy Qiu.
Sementara itu, bursa saham di Eropa terpantau anjlok mengikuti bursa saham Wall Street yang tumbang. Bursa saham Spanyol, Prancis, Jerman, dan Inggris harus rela berada di zona merah.
Harga saham di Spanyol turun tajam pada perdagangan Kamis waktu setempat. Indeks acuan Ibex-35 jatuh 5,04 persen menjadi 7.278,00 setelah perkiraan pesimistis Federal Reserve AS untuk ekonomi AS.
Kerugian terbesar dialami oleh International Consolidated Airlines Group (IAG) dengan sahamnya jatuh 9,44 persen. Sementara bank tabungan Banco Santander dan Banco Sabadell masing-masing kehilangan 9,30 persen dan 9,29 persen.
Satu-satunya perusahaan di Spanyol yang mengalami kenaikan adalah perusahaan kesehatan dan farmasi Grifols, dengan saham naik 0,25 persen.
Selain itu bursa saham Inggris dengan indeks acuan FTSE 100 turun 3,99 persen atau 252,43 poin menjadi 6.076,70.
Saham perusahaan pertambangan logam mulia di Inggris, Polymetal International, melonjak 2,13 persen. Sedangkan saham Carnival, operator pelayaran Inggris-Amerika menjadi pemain terburuk dengan kehilangan saham 12,14 persen.
Kemudian saham-saham di Prancis, dengan indeks patokan Paris CAC 40 turun 4,71 persen atau 237,82 poin menjadi 4.815,60.
Saham pabrikan mobil multinasional Prancis Renault kehilangan 14,08 persen, menjadi yang terburuk. Penurunan ini diikuti perusahaan real estat komersial Eropa Unibail-Rodamco-Westfield SE dan perusahaan multinasional aerospace Eropa, Airbus.
Selanjutnya bursa saham Jerman dengan indeks acuan DAX turun 559,87 poin, atau 4,47 persen menjadi 11.970,29. Semua perusahaan yang berada di bawah 30 DAX mengalami kerugian.
Maskapai penerbangan Jerman Lufthansa kehilangan paling banyak dengan turun sebesar 9,09 persen, diikuti oleh produsen otomotif Daimler dan Volkswagen, yang anjlok masing-masing 8,98 persen dan 7,52 persen.
Sedangkan perusahaan manufaktur dan elektronik Siemens adalah saham yang paling banyak diperdagangkan hari ini dengan omzet 415,1 juta euro (USD471,1 juta). (ATN)
Discussion about this post