ASIATODAY.ID, NEW YORK – Kurs dolar Amerika Serikat (USD) jatuh tersungkur pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat WIB) di tengah momentum kuatnya euro. Adapun indeks USD, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun sebanyak 0,62 persen menjadi di level 96,6788.
Melansir Xinhua, Jumat (5/6/2020), pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi USD1,1347 dibandingkan dengan USD1,1237 pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi USD1,2612 dibandingkan dengan USD1,2587 pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi USD0,6937 dibandingkan dengan USD0,6930.
Sementara itu, dolar AS dibeli 109,12 yen Jepang, lebih tinggi dibandingkan dengan 108,93 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Kemudian dolar AS turun menjadi 0,9550 franc Swiss dibandingkan dengan 0,9619 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3505 dolar Kanada dibandingkan dengan 1,3485 dolar Kanada.
Euro menguat setelah bank sentral Eropa (ECB) meningkatkan stimulus untuk mendukung ekonomi yang dirugikan oleh pandemi covid-19. ECB memutuskan untuk memperluas program pembelian darurat pandemi sebesar 600 miliar euro menjadi total 1.350 miliar euro.
Di sisi lain, bursa saham Wall Street ditutup bervariasi pada perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat WIB), karena sentimen pasar tertekan setelah laporan mingguan suram lainnya mengenai klaim pengangguran AS. Selain itu, pandemi covid-19 juga menjadi katalis negatif yang menekan gerak bursa saham Amerika Serikat.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik sebanyak 11,93 poin atau 0,05 persen menjadi 26.281,82. Kemudian S&P 500 turun sebanyak 10,52 poin atau 0,34 persen menjadi 3.112,35. Indeks Komposit Nasdaq turun 67,10 poin atau 0,69 persen menjadi 9.615,81.
Sebanyak delapan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir lebih rendah, dengan sektor utilitas dan real estat masing-masing turun 1,95 persen dan 1,81 persen, memimpin penurunan. Sedangkan sektor keuangan naik sebanyak 1,97 persen, kelompok berkinerja terbaik.
Klaim pengangguran awal AS tercatat 1,877 juta dalam pekan yang berakhir 30 Mei, akibat pandemi covid-19 terus mengguncang negara dan membebani pasar tenaga kerja, lapor Departemen Tenaga Kerja. Angka itu melampaui perkiraan Dow Jones yang mencapai 1,775 juta.
Level minggu sebelumnya direvisi naik 3.000 dari 2,123 juta menjadi 2,126 juta, kata departemen itu. Angka-angka tersebut datang satu hari menjelang laporan data pekerjaan bulanan negara itu, yang beberapa ekonom memperkirakan tingkat pengangguran mencapai sekitar 20 persen, yang terburuk sejak Depresi Hebat. (ATN)
Discussion about this post